1. Perubahan vaskular
Respon
vaskular pada tempat terjadinya cedera merupakan suatu yang
mendasar untuk reaksi inflamasi akut. Perubahan ini meliputi
perubahan aliran darah dan permeabilitas pembuluh darah. Perubahan
aliran darah karena terjadi dilatasi arteri
lokal sehingga terjadi pertambahan aliran darah
(hypermia) yang disusul dengan perlambatan aliran darah. Akibatnya
bagian tersebut menjadi merah dan panas. Sel darah putih akan berkumpul
di sepanjang dinding pembuluh darah dengan cara menempel. Dinding
pembuluh menjadi longgar susunannya sehingga memungkinkan sel darah
putih keluar melalui dinding pembuluh. Sel darah putih bertindak sebagai
sistem pertahanan untuk menghadapi serangan benda-benda asing.
2. Pembentukan cairan inflamasi
Peningkatan permeabilitas pembuluh darah disertai dengan keluarnya sel darah putih dan protein plasma ke dalam jaringan disebut eksudasi. Cairan inilah yang menjadi dasar terjadinya pembengkakan. Pembengkakan menyebabkan terjadinya tegangan dan tekanan pada sel syaraf sehingga menimbulkan rasa sakit (Mansjoer, 1999).
2. Pembentukan cairan inflamasi
Peningkatan permeabilitas pembuluh darah disertai dengan keluarnya sel darah putih dan protein plasma ke dalam jaringan disebut eksudasi. Cairan inilah yang menjadi dasar terjadinya pembengkakan. Pembengkakan menyebabkan terjadinya tegangan dan tekanan pada sel syaraf sehingga menimbulkan rasa sakit (Mansjoer, 1999).
Penyebab
inflamasi dapat disebabkan oleh mekanik (tusukan), Kimiawi (histamin
menyebabkan alerti, asam lambung berlebih bisa menyebabkan iritasi),
Termal (suhu), dan Mikroba (infeksi Penyakit.
Tanda-tanda inflamasi (peradangan) adalah
1.
Rubor (kemerahan) terjadi karena banyak darah
mengalir ke dalam mikrosomal lokal pada tempat peradangan.
2. Kalor (panas) dikarenakan lebih banyak darah yang disalurkan pada tempat peradangan dari pada yang disalurkan ke daerah normal.
3. Dolor (Nyeri) dikarenakan pembengkakan jaringan mengakibatkan peningkatan tekanan lokal dan juga karena ada pengeluaran zat histamin dan zat kimia bioaktif lainnya.
4. Tumor (pembengkakan) pengeluaran ciran-cairan ke jaringan interstisial.
5. Functio laesa (perubahan fungsi) adalah terganggunya fungsi organ tubuh
2. Kalor (panas) dikarenakan lebih banyak darah yang disalurkan pada tempat peradangan dari pada yang disalurkan ke daerah normal.
3. Dolor (Nyeri) dikarenakan pembengkakan jaringan mengakibatkan peningkatan tekanan lokal dan juga karena ada pengeluaran zat histamin dan zat kimia bioaktif lainnya.
4. Tumor (pembengkakan) pengeluaran ciran-cairan ke jaringan interstisial.
5. Functio laesa (perubahan fungsi) adalah terganggunya fungsi organ tubuh
Obat anti inflamasi dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok utama, yaitu:
a. Glukokortikoid (Golongan Steroidal)
yaitu anti inflamasi steroid. Anti Inflamsi steroid memiliki efek pada
konsentrasi, distribusi dan fungsi leukosit perifer serta penghambatan
aktivitas fosfolipase. contohnya gologan Prednisolon
b.
NSAIDs (Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs) juga dikenal dengan AINS
(Anti Inflamasi Non Steroid) NSAIDs bekerja dengan menghambat enzim
siklooksigenase tetapi tidak enzim lipoksigenase. Contoh Obat
AntiInflasmasi golongan NSAIDs adalah Turunan Asam Propionat (Ibuprofen,
Naproxen), Turunan Asam Asetat (Indomethacin), Turunan Asam Enolat
(Piroxicam).