DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Masalah............................................................................1
B.
Rumusan
Masalah....................................................................................2
C.
Tujuan....................................................................................................2
D.
Manfaat
Penulisan....................................................................................2
BAB II. PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Fsiologi dan Fisiologi Olahraga.................................................3
B.
Pengertian
Cedera....................................................................................4
C.
Proses
Peradangan....................................................................................5
D.
Struktur
Kulit Manusia.............................................................................5
E.
Fisiologi
Memar
(Kontusio)......................................................................8
F.
Penanganan
Cedera Memar ......................................................................11
BAB IV. PENUTUP
A.
Kesimpulan.............................................................................................16
B.
Saran.....................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
BelakangMasalah
Aktivitas olahraga merupakan
aktivitas fisik yang melibatkan otot- otot besar. Aktivitas olahraga sudah menjadi gaya hidup yang banyak digemari
seluruh komponen masyarakat baik orangtua, remaja, ataupun anak-anak.
Dalam aktivitas olahraga sering
terjadi kontak fisik baik dengan alat olahraga atau dengan lawan dalam suatu
permainan olahraga.Dalam aktivitas kontak fisik tersebut sering menimbulkan
cedera.Tidak dipungkiri bahwa cedera tidak hanya terjadi pada aktivitas
olahraga saja tetapi aktivitas sehari-hari.Cedera yang sering timbul dari aktivitas
kontak fisik adalah terjadinya memar.
Memar adalah suatu keadaan dimana terjadi pengumpulan darah dalam
jaringan yang terjadi sewaktu orang masih hidup, dikarenaakan pecahnya pembuluh
darah kapiler akibat kekerasan benda tumpul.(Idris, 1997). Terjadinya memar biasanya
disebabkan karena benturan benda tumpul pada jaringan kulit sehngga jaringan
tersebut mengalami kerusakan.
Berdasarkan survei menurut data dari Akademi Bedah Ortopedi
Amerika(dikutip dari Yustinus Sukarmin 2005:15), sekitar 95 persen cedera
olahraga yang dialami anak-anak meliputi luka iris, lecet, memar, cedera otot,
dan beberapa kondisi serupa.
Dari hasil survei tersebut
terjadinya cedera memar cukup tinggi.Mengetahui
respon tubuh ketika terjadinya cedera memar sangatlah perlu bagi setiap
pelaku olahraga agar dapat ditangani dengan baik ketika terjadi cedera memar.
Disusunya makalah ini tentang
fisiologi terjadinya memar pada aktivitas olahraga agar memberi pengetahuan tentang
respon tubuh terhadap cedera memar agar memberi pengatahuan kepada mahasiswa Pendidikan
Jasmani dalam Pencegahan dan Perawatan Cedera.
B.
Rumusan
Masalah
Dari latar belakang diatas, permasalahan yang akan kami bahas adalah bagaimana
fisiologi yang terjadi pada cedera memar.
C.
Tujuan
a. Subyektif
a. Subyektif
Untuk
memenuhi tugas tengah semester matakuliah Perawatan dan Pencegahan Cedera.
b. Obyektif
Untuk
memberikan pengetahuan kepada mahasiswa Pendidikan Jasmani mengetahui bagaimana Fisiologi yang terjadi
pada Cedera Memar.
D.
Manfaat
Penulisan
Dalam
makalah ini kita dapat mengetahui secara Fisilogis terjadinya Cedera Memar.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Fisiologi dan Fisiologi Olahraga
Secara Harafiah, fisiologi dari kata Yunani
physis = 'alam' dan logos = 'cerita', adalah ilmu yang mempelajari fungsi
mekanik, fisik, dan biokimia dari makhluk hidup. Hal senada juga ada dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang mendefinisikan fisiologi sebagai cabang
biologi yang berkaitan dengan fungsi dan kegiatan kehidupan atau zat hidup
(organ, jaringan, atau sel).Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari fungsi
organisme tubuh secara keseluruhan dan bagian-bagiannya (deVries, A.H. 1986).
Dari pengertian diatas dapat kami simpulkan bahwa fisiologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang fungsi tubuh, sistematika didalam tubuh dan reaksi
yang terjadi dalam tubuh secara keseluruhan dan bagian-bagiannya.
Fisiologi
olahraga adalah bagian atau cabang dari fisiologi yang khusus mempelajari
perubahan fungsi yang disebabkan oleh latihan fisik. Didalam fisiologi olahraga
ini, kita mempelajari apa yang terjadi terhadap fungsi tubuh apabila seseorang
melakukan latihan tunggal dan bagaimana
perubahan fungsi itu dapat terjadi. (Drs. Junusul Hairy, M.S, Fisiologi
Olahraga jilid 1,1989:3).
Fisiologi olahraga menurut George A brooks
dan Thomas D Fahey (1984) adalah cabang dari fisiologi olahraga yang
berhubungan dengan latihan, adanya respon fisiologis tertentu terhadap latihan
yang tergantung kepada intensitas latihan, durasi, (lamanya latihan), frekuensi
latihan, keadaan lingkungan dan status fisiologi individu.
Sebetulnya
masih banyak lagi pendapat lainnya, namun kedua definisi tersebut dianggap
sudah cukup untuk memenuhi maksud penulisan ini.Dari pendapat kedua ahli
tersebut dapat disimpulakn bahwa fisiologi olahraga merupakan ilmu yang
menerangkan perubahan fungsi yang disebabkan oleh latihan tunggal atau latihan
secara berulang-ulang dengan tujuan untuk meningkatkan respon fisiologis
terhadap intensitas, durasi, frekuensi latihan, keadaan lingkungan, dan status
fisiologis individu.
B.
Pengertian
Cedera
Cedera sering terjadi
ketika seseorang melakukan suatu aktivitas baik dalam olahraga taupun aktivitas
sehari-hari.Cedera itu sendiri dapat disebabkan karena terjadi benturan,
goresan, sayatan, ataupun tusukkan yang mengakibatkan peradangan pada daerah
lokasi terjadinya cedera.Menurut Drs. Andun Sudijandoko M.Kes.dalam bukunya
yang berjudul Pencegahan dan Perawatan Cedera (2000:3) mendefinisikan cedera sebagai
suatu akibat daripada gaya-gaya yang bekerja pada tubuh atau sebagian daripada
tubuh dimana melampaui kemampuan tubuh untuk mengatasinya, gaya-gaya ini bisa
berlangsung cepat atau dalam jangka lama.
Setelah terjadinya cedera maka tubuh akan
merespon secara fisiologis sehingga
terjadi peradangan pada daerah yang mengalami cedera. Menurut John Gibson dalam
bukunya yang berjudul Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat Edisi 2. EGC.
Jakarta. (1981: 322) tubuh berupaya memulihkan kerusakan jaringan dan organ
kmebali menjadi struktur dan fungsi yang normal degan cara :
a.
Membuang
sel yang sangant rusak sehingga tidak dapat berfungsi kembali.
b.
Menggantinya
dengan sel baru.
Pembuangan sel-sel yang rusak dilakukan oleh makrofag dan
sel fagosit lain, yaitu sel yang berfungsi untuk menyerap sel mati atau rusak
dan patikel kecil benda asing kedalamnua dan menghancurkan sel atau parikel
tersebut.
C. Proses
Peradangan
Menurut Dorland’s Pocket Medical Dictionary (1898:324), Radang
atau inflamasi adalah respon protektif
setempat yang ditimbulkan oleh cedera atau kerusakan jaringan, yang berfungsi
menghancurkan, mengurangi, atau mengurung baik agen pencedera maupun jaringan
yang cedera itu.
Proses
peradangan terjadi sebagai mekanisme perlindungan dimana tubuh berusaha
mentralisir dan membasmi agen-agen yang berbahaya pada tempat yang mengalami
cedera untuk melakukan perbaikan jaringan. Peradangan memiliki hubungan dengan
infeksi namun arti dari radang dan infeksi tersebut tidak memiliki arti yang
sama. Infeksi disebabkan oleh mikroorganisme dan menyebabkan radang, tetapi
tidak semua radang disebabkan karena infeksi. Apabila jaringan cedera misalnya karena terbakar,
teriris atau karena infeksi kuman, maka pada jaringan ini akan terjadi
rangkaian reaksi yang memusnahkan agen yang membahayakan jaringan atau yang
mencegah agen menyebar lebih luas. Reaksi-reaksi ini kemudian juga menyebabkan
jaringan yang cedera diperbaiki atau diganti dengan jaringan baru. Rangkaian
reaksi ini disebut radang (Rukmono, 1973).
D. Struktur
Kulit Manusia
Kulit adalah jaringan yang yang membungkus
tubuh dan merupakan organ terbesar dari tubuh..Secara normal, struktur kulit
manusia terbagi dalam 3
lapisan yaitu lapisan epidermis, lapisan dermis dan lapisan subkutan.

Gambar 1. Struktur Jaringan Kulit Manusia(http://www.sentra-edukasi.com/2011/08/struktur-fungsi-kulit-manusia.html)
a. Epidermis
Epidermis
merupakan lapisan kulit normal yang berada paling luar, secara
mudah kita menyebutnya sebagai kulit ari.Lapisan ini mempunyai ketebalan
sekitar 0.1 milimeter, kecuali pada bagian telapak yang bertekstur lebih tebal.
Bagian kulit ini selalu beregenerasi dalam siklus tertentu, sehingga sel yang
mati akan berganti dengan sel yang baru.Proses ini berlangsung dalam waktu 3
hingga 4 minggu. Epidermis juga memiliki lapisan-lapisan tersendiri sejumlah 4
lapisan yaitu basal, malpighi, granular, dan lapisan tanduk. Lapisan epidermis
mempunyai peranan yang sangat penting bagi tubuh, antara lain terdapatnya sel
yang memproduksi melanin sehingga tubuh terlindungi dari sinar matahari dan
memproduksi keratin yang berfungsi mencegah dehidrasi, mengeraskan kuku dan
mengusir mikroorganisme jahat. Di sini terdapat pula sel-sel kulit yang
mengandung pigmen yang memberi warna pada kulit.( Juanda A., 2007 : 7-8)
b. Dermis
Lapisan
dermis merupakan lapisan kedua dibawah epidermis yang terdapat dalam struktur
kulit.dermis bertekstur 4 kali lebih tebal dibandingkan epidermis. Pada kulit
normal, dermis terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan atas atau pars papillaris
dan lapisan bawah atau pars reticularis. Pada lapisan atas terdapat sel
fibroblast yang memproduksi kolagen yang memberikan kelembaban alami pada kulit.Sementara
lapisan bawah mengandung syaraf, rambut, pembuluh darah, dan kelenjar
subaktus.Selain itu, di lapisan inilah terdapat kelenjar keringat yang
berfungsi untuk mengatur suhu tubuh dengan mengeluarkan cairan yang berupa
keringat yang banyak mengandung garam.Folikel
rambut merupakan kantong yang mengelilingi akar rambut. Dari folikel ini akan
tumbuh rambut yang berwarna hitam. Warna hitam pada rambut disebabkan oleh
adanya melanin.(Leeson, Leeson Paparo :2007)
Kelenjar
minyak berfungsi menghasilkan minyak untuk mencegah kekeringan kulit dan
rambut, selain itu juga melindungi kulit dari bakteri. Kulit yang mempunyai
jaringan lemak (jaringan adipose), dapat berfungsi sebagai tempat penyimpanan
makanan cadangan.( Buku Ajar Histologi, 2007)
c. Subkutan
Lapisan
subkutan adalah lapisan paling dalam pada struktur kulit.Pada lapisan kulit ini
terdapat syaraf, pembuluh darah dan limfe.Di lapisan ini juga terdapat banyak
sel liposit yang memproduksi jaringan lemak yang menjadi pelapis antara kulit
dengan organ dalam seperti tulang dan otot.Selain itu, lemak yang terdapat pada
lapisan ini berfungsi sebagai stok energi tubuh yang siap dibakar pada saat
diperlukan.Lapisan lemak ini juga yang membentuk postur tubuh seseorang dan
memberikan kehangatan pada tubuh.(
Brunner& Suddarth, 2002)
E. Fisiologi
Memar (Kontusio)
Cedera memar merupakan cedera yang paling sering terjadi
pada aktivitas olahraga maupun aktivitas sehari-hari. Cedera memar biasanya
terlihat pada peermukaan kulit yang terkena benturan benda tumpul dengan warna
memar yang khas yaitu biru keunguan. Memar adalah cedera yang disebabkan oleh benturan atau pukulan
pada kulit.Jaringan di bawah permukaan kulit rusak dan pembuluh darah kecil
pecah, sehingga darah dan cairan seluler merembes ke jaringan sekitarnya. (Morgan, 1993: 63).
Menurut Dr. C
K Giam dan Dr. K C Teh. Di dalam bukunya
yang berjudul Ilmu Kedokteran Olahraga (1993:191) Kontusio disebabkan karena
suatu pukulan langsung pada kulit dan hanya mnyebabkan lecet pada kulit
(menimbulkan daerah kebiru-biruan atau kehitaman) atau jaringan jaringan
dibawahnya misanya otot. Bila terdapat pendarahan yang cukup, timbulnya
pendarahan di daerah yang terbatas disebut hematoma.
Cedera ini disebabkan karena tubrukan dengan
oranglain atau dengan suatu benda.
Korban biasanya dapat menunjukan tempat cedera. Bila kontusio terjadi didaerah
otot, ototnya dapat mengalami kram. Bila serabut serabut otot robek maka
terjadi apa yang disebut strain otot.
Memar
merupakan suatu perdarahan daerah dibawah kulit/kutis akibat pecahnya kapiler
dan vena, yang disebabakan kekerasan benada tumpul. Luka memar kadangkala memberikan
petunjuk tentang bentuk benda penyebabnya, misalnya jejas ban yang sebenarnya
adalah perdarahan tepi. (Budiyanto A., 1997)


Gambar 1.Perbedaan
permukaan kulit yang tidak mengalami memar dan mengalami memar.
(http://www.google.co.id/search?q=gambar+struktur+kulit&hl
skincareabout.org)
Terjadinya luka memar biasanya diawali oleh adanya suatu
benturan / kekerasan dengan energi yang cukup untuk mengganggu permeabilitas
sel-sel pembuluh darah sehingga terjadi pembengkakan di sekitar daerah tubuh
yang terkena benturan. Pembengkakan ini ditimbulkan oleh
pengiriman cairan dan sel-sel
sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstsial.Mula-mula pembengkakan timbul
warna merah kebiruan lalu warnanya berubah menjadi biru kehitaman pada hari
ke-1 sampai hari ke-3.Setelah itu warnanya berubah menjadi biru kehijauan
kemudian coklat.Warna menghilang pada minggu pertama sampai minggu ke-4.(Dr. C K Giam dan Dr. K C Teh, 1993 :
109)
Proses
perubahan struktur jaringan diatas yang sering disebut sebagai proses
peradangan (inflamasi) memiliki beberapa variasi tergantung lokasi dan struktur
jaringan disekitar luka memar. Apabila terjadi pada daerah jaringan ikatlonggar
(mata, leher, atau pada lansia) maka luka memar yang tampak seringkali tidak
sebanding dengan kekerasan, dalam arti lebih luas.Di kutip dari Peggalih
Mahardika Herlambang (2008 : 6) Ada 4 faktor yang mempermudah terjadinya luka
memar (contusion), yaitu:
1. Jaringan
lemak yang berada dibawah jaringan subkutan.
2. Kulit
(epidermis) yang tipis.
3.
Wanita lebih mudah mengalami luka memardaripada laki-laki.
4.
Penyakit, seperti defisiensi vitamin K, penyakit kronis, hemophilia (penyakit perdarahan yang tidak dapat membeku) dan
lain-lain.
Proses inflamasi yang terjadi pada daerah memar menyebabakan pergerakan
makrofag. Makrofag adalah sel darah putih dalam jaringan. Kemudian makrofag akan menfagosit eritrosit pada daerah
memar tersebut.

Gambar
3. Mekanika Pembekakan
Memar ini menimbulkan daerah kebiru-biruan
atau kehitaman pada kulit.Bila terjadi pendarahan yang cukup, timbulnya
pendarahan didaerah yang terbatas disebut hematoma (Hartono Satmoko, 1993:191).
Letak, ukuran, luas luka memar dipengaruhi oleh berbagai
faktor seperti besarnya kekerasan, jenis benda penyebab memar, kondisi dan
jenis jaringan, usia, jenis kelamin, corak dan warna kulit, kerapuhan pembuluh
darah, penyakit defisiensi vitamin K dan lain sebagainya. ( Budiayanto A.,
1997).
Umur luka
memar dapat secara kasar dapat diperkirakan melalui perubahan warnanya. Pada saat
timbul atau pertama kali muncul, memar berwarna merah, hal ini disebabkan
karena terjadinya perdarahan didalam kulit karena pecahnya pembuluh darah,kemudian
berubah menjadi warna ungu atau hitam, yang dikarenakan metabolisme hemoglobin
dalam sel yang dihasilkan oleh Hemosiderin, Biliversin dan Hematoidin,yang
merupakan cadangan zat besi dalam tubuh
yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin. Setelah 4 sampai 5 hari memar
akan berwarna hijau, yang kemudian akan berubah menjadi warna kuning setelah 7
sampai 10 hari, dan akhirnya menghilang setelah 14 sampai 15 hari.( Budiyanto
A., 1997).
Menurut Dr. dr. Purwantyastuti M.SC SpFK dan
dr. Kartono Muhammad, ukuran memar menandakan besarnya perdarahan
sedangkan warna menandakan waktu perdarahan itu terjadi. Jika warnanya biru
berarti baru saja terjadi, namun jika agak kekuningan berarti sudah agak lama.
Masalah sakit tidaknya memar tergantung pada sensitivitas tubuh kita sendiri.
F.
Penangan Cedera Memar
Memar sering terjadi ketika kita berolahraga yang menggunakan aktivitas
kontak fisik secara langsung seperti olahraga sepak bola atau beladiri, selain
itu dapat juga disebabkan Karena benturan benda tumpul yang mengenai permukaan
kulit dengan cukup keras sehingga mengakibatkan pecahnya pembuluh darah kapiler (pembuluh darah kecil) menjadi robek, dan
darah yang keluar akan menempati daerah sekitar di bawah kulit. Darah yang
terperangkap itu, mula-mula akan memberikan tanda merah pada kulit atau
keunguan dengan sedikit rasa nyeri dan lunak jika ditekan.
Penanganan
cedera menurut dr. Hardianto Wibowo dalam bukunya (1995:16) ada 4 tahap yaitu :
a. Tahap segera setelah terjadinya cedera (0- 24 jam s/d
36 jam).
Tahap penanganannya dengan metode RICE. Metode RICE
dalam penanganan cedera memar dengan tahapan
sebagai berikut :
1.
(R)
Rest
Artinya
penderita cedera memar tersebut di istirahatkan dari aktivitas olahraganya atau
aktivitas fisik lainnya.Hal ini bertujuan agar tidak terjadi kerusakan jaringan
yang mengalami cedera lebih lanjut atau bertambah parah cedera yang dialami
oleh penderita cedera.Istirahat sangat berarti untuk menghimpun tenaga ataupun
mengistirahatkan tubuh. Istirahat akan meminimalkan nyeri yang di derita,
mengurangi pembengkakan, menghindari gerakan yang tidak diperbolehkan dan
menjaga sistem otot (muscular), sendi dan rangka (tulang), yang terlibat. Lebih
jelasnya tidak melakukan kegiatan yang melibatkan bagian yang cedera terlebih
dahulu.
2.
I (Ice)
Pemberian
es atau sesuatu yang bersifat dingin dalam penanganan cedera bertujuan agar
mengurangi pembengkakan pada cedera dan mengurangi rasa sakit. Secara
fisiologis ketika terjadi cedera berarti dalam jaringan tubuh yang terkena
cedera akan megnalami pelebaran pembuluh darah atau vasodilatasi pada pembuluh
darah, untuk mengurangi terjadinya pembesaran pembuluh darah tersebut maka
diberikan kompres dingin agar pembuluh darah tersebut menjadi menyempit atau
vasokontriksi. Dengan adanya penyempitan pembuluh darah maka akan disertai
dengan menurunya aktualitas bengkak dan nyeri pada daerah yang megnalami
cedera. Es dapat mengurangi nyeri karena es bersifat analgetik bila dipakaikan
ke bagian tubuh secara kontak langsung yang mana jaringan yang dipakaikan akan
menjadi tebal (seperti di bius atau di anasthesi). Pengecualian pemakaian
medium es adalah bila adanya luka terbuka pada cedera. Pengaplikasian cara ini
dapat dengan cara kompres es (kontak langsung – tidak lebih dari 10 menit) atau
dengan cloride ethyl spray (vapocoolant spray).
3.
C (Compression)
Compression
merupakan tindakan pembalutan pada lokasi cedera dengan alat perban atau
bandage untuk menghindari penumpukan cairan yang disebabkan oleh pembengkakan.
Selain untuk menghindari pembengkakan metode kompresi dapat juga sebagai penyangga
atau peng-fiksasi gerakan extremitas yang cedera agar tidak bergerak sehingga
tidak meluasnya jaringan yang rusak karena cedera.
Tindakan compression ini menggunakan balut tekan.
Definisi Balut tekan menurut dr. Hardianto Wibowo (1995:17) adalah suatu ikatan
yang terbuat dari bahan yang elastis. Bahan perbannya disebut elastis perban/e
elastis bandage/ tensiokrep/ atau benda lain yang sejenis.
Dalam melakukan pembalutan juga perlu memperhatikan
tingkat kekencangannya, jika ikatan terseubt terlalu kencang, maka pembuluh
darah arteri tidak bisa mengalirkan darah kebagian distal ikatan. Hal ini akan
menyebabkan kemaitan dari jaringan-jaringan disebelah distal ikatan.
Ikatan yang terlalu kencang dapat diketahui bila :
1)
Denyut
nadi bagian distal terhenti/tak terasa.
2)
Cedera
semakin membengkak.
3)
Si
penderita mengeluh kesakitan.
4)
Warna
kulit pucat kebiru-biruan.
4.
E (Elevation)
Elevation atau
elevasi merupakan tindakan meninggikan posisi atau mengubah posisi ke yang
lebih tinggi dari posisi jantung sehingga terjadi aliran kebawah yang akan
memfasilitasi pembuluh darah balik dalam bekerja. Pembekakan
di extremitas atau anggota gerak
biasanya terjadi kerena tidak lancarnya pembuluh darah balik tersebut. Untuk
mengurangi pembengkakan atau menghindari pembengkakan yang lama untuk itu
dilakukan elevasi extremitas. 

Gambar 4. Tindakan meninggikan pada Lokasi Cedera
(drdjebrut.wordpress.com)
b.
Tahap
setelah cedera 24 sampai dengan 36 jam
Setelah
dijelaskan tentang metode RICE pada tahap pertama, sekarang kita sampai pada
penangan tahap kedua yaitu pemberian kompres panas atau heat treatment.
Tahap ini diberika dalam waktu 24 sampai 36 jam setelah
cedera terjadi atau sbagian yang cedera sudah hampir sembuh dan dapat digerakan
lagi. 9 hampir normal).
Tujuan dari
pemberian heat treatment adalah mecerai beraikan traumatic effusion (cairan
plasma darah yang keluar dan masuk disekitar tempat yang cedera), hingga mudah
diangkut oleh pembuluh darah balik dan limfe. Selain itu memperlancar proses
penyembuhan dan dapat mengurangi rasa sakit karena kejang otot
(kekauan otot).
Hal yang harus
diperhatikan adalah bahwa kompres panas
jangan sekali-kali diberikan pada waktu baru terjadi cedera hal ini akan
berakibat menambah perdarahan serta pembengkakan. Pemberian kompres panas ini
intervalnya 20-30 menit.
c.
Jika
bagian yang cedera dapat digunakan dan hampir normal.
Tindakannya
adalah membiasakan jaringan yang cedera tanpa menggunakan alat bantu seperti
balut tekan atau decker.
Otot-otot
disekitar cedera, harus mulai dilatih, demikian pula gerakan-gerakan pada
persendian, tentu saja latihan dimulai dengan gerakan-gerakan yang bersifat
pasif, kemudian menjadi gerakan aktif.
d.
Jika
bagian yang cedera sudah sembuh dan latihan dapat dimulai.
Memulai
latihan kembali bagian yang mengalami cedera untuk mempersiapkan agar kuat
terhada tekanan-tekanan dan tarikan-tarikan yang terdapat pada aktivitas
olahraga yang akan dilakukan.
BAB
IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Cedera
sering terjadi ketika seseorang melakukan suatu aktivitas baik dalam olahraga
taupun aktivitas sehari-hari.Cedera itu sendiri dapat disebabkan karena terjadi
benturan, goresan, sayatan, ataupun tusukkan yang mengakibatkan peradangan pada
daerah lokasi terjadinya cedera.
Kasus cedera yang paling banyak
terjadi, biasanya dilakukan para pemula yang biasanya terlalu berambisi
menyelesaikan target latihan atau ingin meningkatkan tahap latihan
Cedera yang sering terjadi baikdalam aktivitas
sehari-hari atau dalam aktivitas olahraga adalah memar. Menurut Dr. C K Giam dan Dr. K C Teh. Di dalam bukunya yang berjudul Ilmu
Kedokteran Olahraga (1993:191) Kontusio atau memar disebabkan karena suatu pukulan
langsung pada kulit dan hanya mnyebabkan lecet pada kulit (menimbulkan daerah
kebiru-biruan atau kehitaman) atau jaringan jaringan dibawahnya misanya otot.
Bila terdapat pendarahan yang cukup, timbulnya pendarahan di daerah yang
terbatas disebut hematoma.
Salah satu penanganan cedera memar dapat
dengan menggunakan metode RICE, yaitu Rest (Istirahat), Ice (Pemberian
Es/sesuatu yang bersifat dingin, Compression (Penekanan atau pembalutan) dan
Elevation (Meninggikan bagian yang cedera) .
B.
Saran
Cedera dapat terjadi pada siapa saja baik dalam
aktivitas olahraga ataupun dala aktivitas sehari-hari. Mengetahui respon tubuh
terhadap terjadinya cedera secara fisiologis sangatlah penting diketahui agar
dapat menentukan langkah penanganan lebih lanjut terhadap terjadinya cedera
tersebut.
Dari pembahasan tentang fisiologi terjadinya memar
pada aktivitas olahraga ini semoga bermanfaat sebagai pengetahuan bagi pembaca
sekalian. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan dari para pembaca
agar penulisan makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR
PUSTAKA
Ali Satia Graha .2005. Kegunaan Rehabilitasi dan Terapi dalam
Cedera Olahraga. MEDIKORA vol. 1 No. 1, April 2005 : 67-76
Drs. Andun Sudijandoko,M.Kes. 1999/2000.Pencegahan dan Perawatan Cedera. Direktorat
Jendral Pendidikan Nasional.
Armis . 1981. Trauma pada Olahraga dan Penanggulangannya. Kumpulan Makalah
danSimposium Forum dan Panel Forum Kesehatan Olahraga Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Dr. C K Giam dan Dr. K C Teh. 1993. Ilmu Kedokteran Olahraga. Binarupa
Aksara. Jakarta.
Dorland, W.A.N.
2002. Kamus Kedokteran Dorland (Setiawan, A., Banni, A.P., Widjaja, A.C., Adji, A.S., Soegiarto, B., Kurniawan, D.,
dkk , (penerjemah). EGC.
JakartaDrs. Junusul Hairy, M.S. 1989. Fisiologi Olahraga jilid 1.Direktorat
Jendral Pendidikan Nasional.
E. Oerswari. 1989. Bedah dan Perawatannya. PT.
Gramedia. Jakarta
dr. Novita Intan Arovah MPH. 2010. Dasar-dasar
Fisioterapi pada Cedera Olahraga.
Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY.
Leeson, Leeson
Paparo. 1996. Buku Ajar Histologi
(dr. Yan Tambayong dkk. Penerjemah) EGC. Jakarta.
Susan J. Garrison.1996. Dasar-dasar Terapi dan Rehabilitasi Fisik ( dr. Virgi Saputra
dan dr. Ivo Novita Salim, Alih bahasa ). Hipokrates. Jakarta
Paul M. Taylor dkk. 2002. Pencegahan dan Mengatasi Cedera Olahraga. PT.Rajagrafindo
Persada. Jakarta
Penggalih Mahardika Herlambang. 2008. Mekanisme Biomolekular Luka Memar. Kepaniteraan Klinik Forensik dan
Medikolegal FK UNS Dr. Moerwadi.
Surakarta.
dr. Wibowo,
Hardianto. 1995. Pecegahan dan
Penatalaksanaan Cedera Olahraga. EGC.
Jakarta.
Yustinus Sukarmin. 2005. Cedera Olahraga dalam Perspektif Teori Model
Ekologi. MEDIKORA vol. 1 No. 1, April 2005 : 15-25
https://somelus.wordpress.com/2009/11/22/trauma-tumpul/ diakses 22 April 2012.
http://nursingbegin.com/cedera-olahraga-memar/ di akses 22 April 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar