METABOLISME HIDRAT
ARANG ( KARBOHIDRAT )
Mohammad Hanafi, MBBS (Syd)., dr.,
MS.
PENGANTAR
Metabolisme Karbohidrat dimulai dengan pencernaan Amilum dalam usus halus.
Hasil pencernaan berupa monosakarida diserap oleh usus halus. Glukosa merupakan senyawa utama yang paling
banyak dibicarakan dalam metabolisme Karbohidrat. Rangkaian
reaksi yang membentuk beberapa jalur, seperti glikolisis, glikogen sintesis dan
pemecahannya, HMP Shunt, glukoneogenesis, asam uronat sebenarnya adalah
merupakan catabolisme glukosa. Metabolisme fruktosa dan galaktosa juga
diterangkan. Dalam bab kontrol metabolisme Karbohidrat dite-rangkan bagaimana metabolisme
Karbohidrat terorganisasi dan terkoordinasi. Pengaruh hormon terhadap
metabolisme Karbohidrat juga disinggung baik dalam tiap-tiap jalur dan juga ada
bab tersendiri. Juga dikenalkan secara singkat tentang aspek klinik dari
metabolisme karbohidrat.
Metabolisme Karbohidrat adalah salah satu Bab dari Ilmu Biokimia, yang
merupakan Ilmu Kedokteran Dasar dan harus dimiliki oleh mahasiswa kedokteran.Dengan
mempelajari Ilmu Biokimia, maka dapat
mengerti mekanisme terjadinya penyakit.. Contoh yang mudah dipahami adalah
Diabetes Mellitus. Dilihat dari sudut pandang metabolisme Karbohidrat, dapat di-terangkan kenapa timbul gejala (sering kencing).
Mekanisme bagaimana terjadinya hiperglikemi, dan tak kalah pentingnya mekanisme
kerja obat untuk menurunkan hiperglikemi; semuanya ini dapat diterangkan dengan
Ilmu Biokimia. Salah satu jalur dalam metabolisme Karbohidrat dapat mengurangi
jumlah reactif oksigen ( H2O2 ) yang penting artinya
untuk integritas sel darah merah dan banyak lagi manfaat yang diperoleh dari
mempelajari mata kuliah ini.Oleh karena itu, mata kuliah ini ditawarkan untuk
membantu anda memperoleh pemahaman yang komprehensif yang akan dapat nantinya
digunakan dalam pekerjaan anda sebagai dokter.
Setelah menyelesaikan semester IV,
mahasiswa Fakultas Kedokteran diharapkan dapat :
1.menerangkan pencernaan
Amilum dalam usus halus dan menyebut dua monosakarida yang diserap secara aktif
oleh mukosa usus halus.
2.menerangkan jalur Glikolisis
3.menerangkan metabolisme
Glikogen
4.menerangkan jalur
Glukoneogenesis
5.menerangkan jalur
“Hexose Mono Phosphate Shunt” ( HMP Shunt ).
6.menerangkan jalur Asam
Uronat “Uronic acid pathway”
7. menyebut tiga senyawa yang mengandung Heksosamin
8.menerangkan metabolisme Fruktosa
9.menerangkan metabolisme Galaktosa
10.menerangkan kontrol metabolisme karbohidrat
11.menerangkan peran 3 hormon dalam metabolisme karbohidrat
12.menunjukkan aspek klinik dari metabolisme karbohidrat
Pokok Bahasan :
No.
|
Tujuan Instruksional
khusus
|
Pokok Bahasan
|
Sub Pokok
Bahasan
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
|
TIK 1
Menerangkan pencernaan Amilum dalam usus halus dan penyerapannya
TIK 2
Menerangkan jalur Glikolisis
TIK 3
Menerangkan metabolisme Glikogen
TIK 4
Menerangkan jalur
Glukoneogenesis
TIK 5
Menerangkan jalur “Hexose Mono Phosphate Shunt” ( HMP Shunt ).
TIK 6
Menerangkan jalur Asam
Uronat
“Uronic acid pathway”
TIK 7
Menyebut tiga senyawa yang
mengandung Heksosamin
TIK 8
Menerangkan metabolisme
Fruktosa
TIK 9
Menerangkan metabolisme
Galaktosa
TIK 10
Menerangkan kontrol
metabolisme
Karbohidrat
TIK 11
Menerangkan peran 3
hormon dalam
metabolisme karbohidrat
TIK 12
Menunjukkan aspek
klinik dari
metabolisme karbohidrat
|
PB 1
Amilum
Amilase
Penyerapan :
aktif dan pasif
Aerob, unaerob
Fungsi
enzim-enzim kunci
Glikogenesis
Glikogenolisis
Substrat glukoneogenesis
enzim-enzim kunci
Tempat terjadinya
(otot, selain otot)
Fungsi
enzim-eznim kunci
Pembentukan Glukoronat
asam askorbat
Heparin,
Hialuronat,
Khondroitin
Fruktosa
Sorbitol
Rangkaian reaksi
Sistemik (Glukosa darah)
Intra selluler
Hubungan inter jalur
Epinefrin
Glukagon, insulin
Dalam :
Eritrosit,hepar,otot,
dan dalam darah
|
SPB 1
Aktivator dan
Inhibitor
Pengaruh hormon
Dalam :
hepar dan otot
Pengaruh hormon
Aspek klinik
Aspek klinik
(dalam eritrosit, hepar dan paru)
Aspek klinik
Aspek klinik
Enzim-enzim kunci
Aktivator inhibitor
|
Untuk memperoleh
pemahaman secara komprehensif mahasiswa diharapkan mengerjakan latihan soal
yang ada di akhir bab-bab tertentu.
Tahapan kemampuan yang harus dimiliki :
|
↑
|
↑
|
|

-------------------------------------------------------------------------------------------------------
↑
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
|
|
-----------------------------------------------------------------------------------------------------
↑
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
|
|
|
||||||
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
↑
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
|
|
|
||||||||||
![]() |
![]() |
|||||||||||
-------------------------------------------------------------------------------------------------
↑
|
|

1. PENDAHULUAN
Hidrat arang (karbohidrat) merupakan makanan pokok kita bangsa Indonesia. Pada
umumnya sumber karbohidrat dalam makanan berasal dari beras, namun ada juga
yang berasal dari sagu, ketela pohon atau jagung.
Di negara yang
sudah maju, daging merupakan menu utama dari makanan mereka. Karbohidrat dalam
daging namanya glikogen.
Karbohidrat
merupakan senyawa biomolekul yang paling banyak jumlahnya di permukaan bumi
ini. Polimer karbohidrat yang tidak larut merupakan pelindung dan membentuk
dinding sel bakteri; pada tumbuhan senyawa ini berfungsi sebagai penopang dan
pada binatang berfungsi sebagai jaringan ikat dan "cell coat".
Fungsi utama
dari metabolisme karbohidrat adalah untuk menghasilkan energi dalam bentuk
senyawa yang mengandung ikatan fosfat bertenaga tinggi.
2. PENCERNAAN
KARBOHIDRAT
Pencernaan karbohidrat terjadi terutama di
usus kecil. Enzim amilase yang disekresi pankreas, dengan pH optimum 7
memerlukan ion Cl secara mutlak, menghidrolisis amilosa menjadi maltosa dan
glukosa. Amilum (starch) dan glikogen yang telah mengalami hidrasi (hydrated
starch) akan dicerna oleh amilase pankreas dan menghasilkan maltosa [a-Glk(1 à4)Glk],
trisakarida maltotriosa [a-Glk(1à4) aGlk(1à4) Glk], a-limit dextrins dan sedikit glukosa.
Dapat juga menghasilkan isomaltosa.
Amilase merupakan endopolisakaridase jadi tidak bisa memotong
glukosa yang terletak di ujung cabang; a-amilse
tidak bisa memutus ikatan a-(1à4) pada glukosa
yang terletak pada titik cabang; lihat gambar dibawah ini !
Enzim-enzim
yang dapat menghidrolisis disakarida terdapat pada "brush border",
dengan nama umum disakaridase. Hasil utama hidrolisis disakarida adalah
glukosa, galaktosa, dan fruktosa. Monosakarida yang telah diserap masuk ke vena
porta setelah melalui hepar dan jantung beredar keseluruh tubuh. Selulosa tidak
dapat dicerna oleh manusia, akhirnya akan dikeluarkan bersama/membentuk feses.
Monosakarida diserap dengan kecepatan yang berbeda. Urutan menurut kecepatannya
adalah sebagai berikut : galaktosa, glukosa, fruktosa, mannosa, xilosa (xylosa)
dan arabinosa. Galaktosa
dan glukosa diserap secara aktif.
Gambar a
: Cara kerja enzim amilase

6 = isomaltosa, dekat titik cabang.
Latihan
:
1.Terangkan
bagaimana enzim amilase bekerja, apa yang dihasilkan
2.Monosakarida apa saja yang diserap secara aktif.
Catatan :
3. PEMBAGIAN
METABOLISME KARBOHIDRAT
Untuk mempermudah mempelajari metabolisme
karbohidrat, maka dibagi menjadi beberapa jalur metabolisme. Namun hendaknya
diingat bahwa dalam tubuh, jalur-jalur ini merupakan kesatuan, yang mana jalur
yang paling banyak dilalui tergantung pada keadaan (status nutrisi) waktu itu.
Pembagiannya
adalah:
3.1.Glikolisis
("glycolysis")
3.2.Glikogenesis (
"glycogenesis" ).
3.3.Glikogenolisis (
"glycogenolysis" ).
3.4.Oksidasi asam
piruvat.
3.5.Jalur
fosfoglukonat oksidatif ( "Hexose Mono-phosphate Shunt" atau "Pentose Phosphate Pathway" ).
3.6.Glukoneogenesis (
"gluconeogenesis" ).
3.7.Metabolisme fruktosa,
galaktosa dan heksosamin
4.
G L I K O L I S I S
Glikolisis adalah pemecahan glukosa menjadi
asam piruvat atau asam laktat. Jalur ini terutama terjadi dalam otot bergaris,
yang dimaksudkan untuk menghasilkan energi (ATP). Apabila glikolisis terjadi
dalam suasana anaerobik maka akan berakhir dengan asam laktat, dan menghasilkan
dua ATP, apabila dalam keadaan aerobik berakhir menjadi asam piruvat dengan 7
ATP (Harper 28).( gambar-1).
4.1.Tahapan
reaksi glikolisis.
Jalur
ini disebut juga jalur Embden-Meyerhof. Semua enzim yang terlibat terdapat
dalam fraksi ekstra mitokhondria (dalam sitosol). Mula-mula glukosa mengalami
esterifikasi dengan fosfat, reaksi ini disebut juga fosforilasi glukosa oleh
ATP menjadi glukosa 6-P.
Heksokinase
(glukokinase)
Mg++
D-glukosa + ATP ® D-glukosa 6-P + ADP.
Reaksi ini memerlukan ion Mg++ sebagai
kofaktor.
Dalam sel ,
sedikit sekali glukosa berada sebagai glukosa bebas, sebagian besar terdapat
dalam bentuk ester glukosa 6-P. Reaksi ini dikatalisis dua enzim : hexokinase
dan glukokinase.
Hexokinase terdapat dalam ber-macam2 sel, kecuali di sel pankreas.
Enzim ini sesuai dengan namanya dapat pula mengkatalisis esterifikasi heksosa
lainnya dengan ATP; contoh: fruktosa menjadi fruktosa 6-P. Dalam sel binatang
dan manusia enzim ini merupakan enzim regulator, karena dapat dihambat oleh
hasil reaksinya.
Glukokinase
terdapat
dalam hepar dan pankreas. Mempunyai Km
untuk D-glukosa jauh lebih tinggi dari enzim hexokinase. Glukokinase memerlukan glukosa lebih tinggi untuk menjadi
aktif bila dibandingkan dengan heksokinase (gambar 28)
Berbeda
dengan heksokinase glukokinase tidak dihambat oleh hasil reaksinya yaitu
glukosa 6-P. Glukokinase
berperan biasanya pada waktu kadar glukosa darah tinggi (sesudah makan). Pada
penderita Diabetes Mellitus enzim ini jumlahnya berkurang.
Reaksi
fosforilasi ini boleh dikatakan reaksi satu arah.
Selanjutnya glukosa 6-P diubah menjadi
fruktosa 6-P. Reaksi ini
dikatalisis enzim fosfoheksosa isomerase, dimana terjadi aldosa-ketosa
isomerasi. Hanya D-anomer dari glukosa 6-P yang bisa dipakai
sebagai substrat. Reaksi ini merupakan reaksi bolak-balik.
Reaksi selanjutnya adalah pembentukan fruktosa
1,6-difosfat oleh enzim fosfofruktokinase-1 (PFK-1). Reaksi ini boleh dikatakan
reaksi satu arah. Enzim fosfofruktokinase-1 merupakan enzim yang bisa
diinduksi. Enzim ini memegang peran yang
penting dalam mengatur kecepatan glikolisis.
fosfofruktokinase-1
Fruktosa 6-P +
ATP à Fruktosa 1,6-BP + ADP.
Mg++
Aktifitas enzim ini meningkat apabila konsentrasi ADP, AMP, fosfat
inorganik ( Pi ), NH3, F2,6 BP, dan glukose 6P meningkat. Enzim fosfofruktokinase-1 dihambat oleh ATP,
asam sitrat dan 2,3-DP gliserat (dalam sel darah merah). Apabila pemakaian ATP
meningkat (kadar ATP menurun) maka aktifitasnya meningkat, sebaliknya apabila
kadar ATP tinggi aktifitas enzim tersebut menurun. Enzim ini juga dihambat oleh
meningkatnya kadar asam lemak bebas, sehingga apabila senyawa ini meningkat dalam darah, yang akhirnya masuk
ke dalam sel , maka pemakaian glukosa akan berkurang. Keadaan ini bisa terjadi
pada waktu kelaparan, yang mana juga dapat terbentuk senyawa keton.
Peran fruktosa
2,6 bisfosfat (dalam hepar).
Dalam hepar fruktosa 2,6-bisfosfat
merupakan allosterik efektor positif yang paling kuat bagi enzim
fosfofruktokinase-1, dan merupakan inhibitor bagi enzim fruktosa
1,6-bisfosfatase ("enzim glukoneogenesis"). Fruktosa 2,6-bisfosfat
menghilangkan pengaruh hambatan (inhibisi) ATP terhadap fosfofruktokinase-1,
dan meningkatkan affinitas enzim ini terhadap fruktosa 6-P. Fruktosa
2,6-bisfosfat menghambat fruktosa-1,6-bisfosfatase dengan jalan meningkatkan
harga Km untuk fruktosa-1,6-bisfosfat. Kadar fruktosa 2,6-bisfosfat dibawah
pengaruh kontrol substrat dan hormonal ( gambar-2 ).
Fruktosa
2,6-bisfosfat dibentuk dengan fosforilasi fruktosa 6-fosfat (fruktosa 6-P) yang
dikatalisis enzim fosfofruktokinase-2
(PFK-2). Enzim yang sama bertanggung jawab juga terhadap pemecahan fruktosa
2,6 bisfosfat (F 2,6-BP), karena enzim ini mempunyai aktifitas fruktosa 2,6
bisfosfatase, namun enzim ini telah mengalami fosforilase menjadi PFK-2P (fosfo
frukto kinase fosfat). Aktifitas bifungsi enzim fosfofruktokinase-2 ini dibawah
pengaruh (kontrol) allosterik fruktosa 6-P. Apabila kadar senyawa ini
meningkat, sebagai akibat meningkatnya kadar glukosa, maka akan meningkatkan
aktifitas fosfofruktokinase-2 pada waktu yang sama aktifitas fosfatasenya menurun.
Apabila kita memerlukan glukosa (pada waktu puasa), dengan perkataan lain
glukosa darah menurun, glukagon akan
menyebabkan terbentuknya cAMP, selanjutnya "cAMP- dependent protein
kinase" teraktifasi, yang menyebabkan fosfofruktokinase-2 dihambat, sedangkan
aktifitas fruktosa 2,6BPase meningkat, karena diubah menjadi PFK-2P.
Dalam
keadaan dimana kadar glukosa meningkat, menyebabkan fruktosa 6P meningkat, ini
memacu PFK-2 membentuk fruktosa 2,6 bisfosfat. Selanjutnya F 2,6 BP akan
merangsang aktifitas fosfofruktokinase-1 dan menghambat fruktosa 1,6
bisfosfatase.
Fruktosa 1,6-BP akan dipecah menjadi dua triosa oleh enzim aldolase.
Aldolase
Fruktosa 1,6-BP ® Dihidroksi asetonfosfat + gliseraldehida
3-P
Pada sel binatang sedikitnya ada dua macam
aldolase, aldolase A yang terdapat dalam sebagian besar jaringan , aldolase B
terdapat dalam sel hepar dan ginjal. Semuanya terdiri dari empat subunit
polipeptida yang berbeda komposisi asam aminonya.
Gliseraldehida
3-fosfat « Dihidroksi asetonfosfat (DHAP).
Kedua triosa tersebut diatas
"interconverted", dapat saling berubah dengan adanya enzim
fosfotriosa isomerase.
Sampai dengan reaksi ini satu glukosa
terpakai dan memerlukan dua ATP.
Selanjutnya glikolisis berjalan dengan
oksidasi gliseraldehid 3-fosfat (gliseraldehida 3-P) menjadi
1,3-bisfosfogliserat. Karena adanya enzim fosfotriosa isomerase, dihidroksi
asetonfosfat juga dioksidasi.Enzim yang bertanggung jawab pada reaksi ini
adalah gliseraldehida 3-P dehidrogenase yang mana aktifitasnya tergantung
adanya NAD+. Enzim ini
terdiri dari empat polipeptida yang
identik membentuk tetramer. Empat gugusan -SH terdapat pada tiap polipeptida,
mungkin berasal dari residu sistein (cysteine). Satu gugusan -SH terdapat pada "active site".
Reaksinya berjalan sebagai berikut (
gambar-3 ):
Mula-mula substrat berikatan dengan
"cysteinyl moiety" pada dehidrogenase membentuk suatu tiohemiasetal,
yang kemudian dioksidasi menjadi tiol-ester. Atom hidrogen yang terlepas
dipindah pada NAD+ yang terikat pada enzim. NADH yang terbentuk,akan
terikat pada enzim juga tapi tidak sekuat NAD+, sehingga NADH ini mudah diganti oleh NAD+
yang lain.
Energi yang terjadi pada oksidasi ini
terwujud dalam ikatan sulfat energi tinggi, yang kemudian dengan fosforolisis
menjadi ikatan fosfat energi tinggi pada posisi satu dari
1,3-bisfosfo-gliserat.Pada fosforolisis diatas, Pi ditambahkan dan enzim bebas
serta gugus -SH bebas terbentuk. Fosfat berenergi tinggi ini ditangkap menjadi
ATP pada reaksi dengan ADP yang dikatalisis enzim fosfogliserat kinase. Reaksi
ini menghasilkan 3-fosfogliserat.
Jadi oksidasi fosfogliseraldehid menjadi
fosfogliserat, dimana terlepas suatu energi, energi ini dipakai oleh reaksi
pengambilan fosfat inorganik dan sintesis ATP; rangkaian reaksi-reaksi ini
merupakan suatu "coupled
reaction".
Karena ada dua molekul triosafosfat yang
dioksidasi, maka akan terbentuk dua molekul ATP. Pada reaksi ini NAD+
tereduksi menjadi NADH. Reaksi tersebut diatas adalah suatu contoh dari
fosforilasi pada tingkat substrat.
Apabila
ada asam arsenat, maka zat ini akan
berkompetisi dengan Pi yang akan menghasilkan arseno-3-fosfogliserat, yang akan
terhidrolisis spontan menghasilkan 3-fosfogliserat tanpa menghasilkan ATP. Ini
suatu contoh arsenat dapat "uncoupled" oksidasi dan fosforilasi.
Selanjutnya 3-fosfogliserat diubah menjadi
2-fosfogliserat oleh enzim fosfogliserat
mutase.
Reaksi berikutnya dikatalisis oleh enzim enolase; pada reaksi ini terjadi
perubahan struktur molekul hingga terbentuk ikatan fosfat bertenaga tinggi pada
posisi 2, yaitu fosfoenolpiruvat.
Enolase dihambat oleh fluorida (
F ). Dalam praktek fluorida ditambahkan ke dalam larutan pada penentuan
glukosa,juga kedalam pasta gigi. Kerja
enzim ini tergantung adanya Mn++ atau Mg++. Reaksinya
sebagai berikut:
2-fosfogliserat « Fosfoenolpiruvat + H2O.
Fosfat bertenaga tinggi dari fosfoenolpiruvat dipindah ke ADP menjadi ATP, yang dikatalisis enzim piruvat kinase.
Reaksinya:
ADP ATP




Fosfoenolpiruvat ßà Enolpiruvat
Piruvat kinase
Enzim
piruvat kinase hepar berbeda sifatnya dengan enzim piruvat kinase otot. Pada otot konsentrasi ATP yang tinggi akan menghambat
enzim ini. Pada hepar enzim ini dapat dihambat oleh ATP dan alanin, tapi adanya
fruktosa 1,6-difosfat dengan konsentrasi tinggi, akan dapat menghilangkan
hambatan ini. Dalam hepar enzim ini dihambat juga oleh asam lemak rantai panjang
dan asetil-KoA.
Dalam hepar glukagon menghambat glikolisis dan
merangsang glukoneogenesis dengan meningkatkan konsentrasi cAMP. Senyawa ini
kemudian mengaktivasi "cAMP dependent protein kinase". Protein kinase
yang aktif ini akan mengkatalisis fosforilasi enzim piruvat kinase menjadi piruvat kinase-P. Enzim piruvat
kinase-P merupakan bentuk tidak aktif. Dengan demikian glukagon menghambat
glikolisis.
Sampai dengan
reaksi ini hasil netto dari perubahan glukosa menjadi dua asam piruvat adalah
dua NADH dan dua ATP, yaitu pada awal jalur ini dibutuhkan dua ATP dan kemudian
menghasilkan empat ATP. Dalam keadaan aerobik NADH dengan menggunakan rantai
respirasi dapat diubah menjadi 2,5 ATP (Harper 28).
Pada keadaan
anaerobik reoksidasi NADH melalui rantai respirasi tidak berjalan. Asam piruvat
akan dirubah menjadi asam laktat, yang dikatalisis enzim laktat dehidrogenase.
Reaksinya:
laktat dehidrogenase
Asam piruvat + NADH ßà L-laktat + NAD+
Dengan
demikian reoksidasi NADH melalui asam laktat memungkinkan glikolisis berlangsung
tanpa oksigen, karena NAD+ yang terbentuk cukup untuk kebutuhan
enzim gliseraldehid-3-fosfat dehidrogenase. Jadi jaringan pada keadaan hipoksia
ada tendensi untuk membentuk asam laktat, terutama dalam otot bergaris. Asam
laktat yang terbentuk akan masuk ke peredaran darah dan bisa didapatkan dalam
urine.
4.2
SEL DARAH MERAH
Glikolisis dalam eritrosit sekalipun dalam
keadaan aerobik akan menghasilkan asam laktat, karena enzim-enzim yang
dapat mengoksidasi asam piruvat secara
aerobik tidak ada dalam sel darah merah.
Dalam eritrosit golongan mammalia tahapan
yang dikatalisis fosfogliserat kinase di
" by passed " dengan adanya enzim bisfosfogliserat
mutase dan enzim 2,3-bisfosfogliserat
fosfatase (gambar-4). Akibat adanya dua enzim ini ATP tidak terbentuk dan
ini memungkinkan glikolisis berlangsung apabila kebutuhan ATP minimum.
2,3-bisfosfogliserat bergabung dengan hemoglobin sehingga menyebabkan affinitas
hemoglobin terhadap oksigen menurun. Kurve dissosiasi oksigen hemoglobin
bergerak ke kanan. Dengan demikian adanya 2,3-bisfosfogliserat dalam sel darah
merah membantu pelepasan oksigen untuk keperluan jaringan.
Reaksinya :
Enzim 1
1,3-bisfosfogliserat ® 2,3-bisfosfogliserat
Enzim 2 ¯
3-fosfogliserat.
Enzim
1 : bisfosfogliserat mutase
Enzim
2: 2,3-bisfosfogliserat fosfatase
Dalam glikolisis ada tiga reaksi boleh
dikatakan secara fisiologis satu arah, yaitu reaksi yang dikatalisis
enzim-enzim :
1. heksokinase ( dan glukokinase )
2. fosfofruktokinase
3. piruvat kinase
Latihan
/ cek list .
1.Apa
fungsi glikolisis
2.Tulisllah rangkaian reaksi glikolisis
3.Terangkan :
3.1.cara kerja enzim-enzim berikut :
heksokinase/glukokinase
fosfofruktokinase 1 (Phospho Fructo Kinase 1 = PFK-1)
PFK-2
Piruvat kinase
3.2.apa
saja yang mempengaruhi kerjanya ( menghambat atau meningkatkan )
4.Mengapa
anaerobik dan aerobik berbeda 5 ATP?
5.Terangkan
peran Fruktosa 2,6 BP
6.Terangkan
glikolisis dalam sel darah merah.
7.Terangkan
pengaruh hormon glukagon terhadap PFK-2 dan enzim piruvat kinase
Catatan :
Harper
28 FADH2 = 1,5 ATP, NADH = 2,5
ATP
5. OKSIDASI ASAM PIRUVAT MENJADI ASETIL-KoA
Asam
piruvat dapat masuk ke dalam mitokhondria dengan pertolongan suatu transporter.
Asam piruvat mengalami oksodasi-dekarboksilasi oleh suatu enzim yang tersusun
rapi dalam matriks mitokhondria. Enzim-enzim ini disebut piruvat dehidrogenase
kompleks
( gambar 5 dan 6 ).
Mula-mula asam
piruvat mengalami dekarboksilasi. Reaksi ini dikatalisis enzim piruvat
dehidrogenase. Tiamin pirofosfat bertindak sebagai ko-enzim. Dalam reaksi ini terbentuk
CO2 dan a-hidroksietil-tiaminpirofosfat atau disebut juga
"aktif asetaldehid". Senyawa yang disebut belakangan ini dipindah ke
prostetik lipoamide, yang merupakan bagian
dari enzim transasetilase. Dalam perpindahan ini disulfida dari lipoamide
tereduksi, asetildehida teroksidasi menjadi asetil aktif yang terikat sebagai
tioester. Gugusan asetil ini kemudian bereaksi dengan koenzim-A, membentuk
asetil-S-KoA, dan menghasilkan lipoamide dalam bentuk disulfhidril(tereduksi).
Koenzim yang tereduksi ini dioksidasi kembali oleh suatu flavoprotein,
dihidrolipoil dehidrogenase. Flavoprotein yang tereduksi kemudian dioksidasi
oleh NAD+. Ringkasnya, reaksinya adalah sebagai berikut:
CH3COCOOH + HSCoA + NAD+ ® CH3CO-SCoA + NADH + H+
Piruvat dehidrogenase dihambat oleh hasil
reaksinya yaitu NADH dan asetilKoA. Enzim ini juga dihambat oleh aktivitas
oksidasi asam lemak, yang mana akan meningkatkan rasio Asetil-KoA / KoA, NADH /
NAD+ dan ATP / ADP. Peningkatan rasio diatas akan mengaktivasi piruvat
dehidrogenase (PDH) kinase yang akan mengkatalisis fosforilasi enzim PDH a
menjadi PDH b yang tidak aktif. PDH fosfatase akan menghidrolisis PDH b menjadi
PDH a yang aktif. PDH fosfatase diaktivasi oleh insulin. Arsenit atau ion merkuri
membentuk komplek dengan gugusan -SH dari asam lipoat dan menghambat piruvat
dehidrogenase. Kekurangan tiamin akan menyebabkan asam piruvat tertimbun.
Pertanyaan / cek lis
1.Berapa ATP dihasilkan
dalam reaksi asam piruvat menjadi asam laktat ?( NADH = 2,5 ATP Harper 28)
2.Terangkan
apa saja dan apa akibatnya yang dapat mempengaruhi kerja enzim piruvat dehidrogenase.
Catatan :
6. G L I K O G E N
6.1
G L I K O G E N E S I S
Glikogen
dalam sel binatang fungsinya mirip dengan amilum dalam tumbuhan yaitu sebagai
cadangan energi.
Pembentukan glikogen
(glikogenesis) terjadi hampir dalam
semua jaringan, tapi yang paling banyak adalah dalam hepar dan dalam
otot. Setelah seseorang diberi diet tinggi karbohidrat (hidrat arang), kemudian
heparnya dianalisis , maka akan didapatkan kurang lebih 6% berat basah terdiri
dari glikogen. Namun 12 sampai 18 jam kemudian, hampir semua glikogen habis
terpakai. Dalam otot kandungan glikogen jarang melebihi satu persen, tapi untuk
menghabiskan glikogen tersebut agak sulit, yaitu misalnya dengan olah raga
berat dan lama.
Sintesis glikogen dimulai dengan perobahan glukosa 6-fosfat menjadi
glukosa 1-fosfat yang dikatalisis enzim fosfoglukomutase (glukosa 1,6-bisfosfat
bertindak sebagai koenzim) (gambar-7 ).
Selanjutnya enzim uridin difosfat glukosa pirofosforilase (UDPG
pirofosforilase) meng-katalisis pembentukan uridin difosfat glukosa
(UDP-glukosa) ( gambar-8 ).
UTP + Glukosa 1-fosfat ® UDP-glukosa + Ppi
Reaksi
ini boleh dikatakan reaksi searah,karena hidrolisis senyawa inorganik
pirofosfat menjadi inorganik fosfat, yang dikatalisis enzim inorganik pirofosfatase menarik reaksi kekanan.
Enzim glikogen sintetase (glikogen
sintase) memindahkan glukosil aktif dari UDP-glukosa (UDPG) pada bagian dari
ujung glikogen yang tidak dapat direduksi, membentuk ikatan a-1,4 glukosidik. Pembentukan ikatan
tersebut terjadi ber-ulang2, sehingga cabangnya makin panjang. Apabila panjang
cabang tersebut mencapai antara 6 sampai 11, maka enzim amilo (a 1,4)à
a(1,6)
transglukosidase ("branching
enzim") memindahkan sebagian dari residu ikatan a-1,4 (minimum 6 residu), pada rantai
didekatnya membentuk ikatan a-1,6.
Jadi terjadi titik percabangan baru. Kemudian kedua cabang tersebut bertambah
panjang. Dan seterusnya kejadian berulang kembali ( gambar-9 ).
Uridin
difosfat yang dibebaskan ketika unit glukosil dari UDPG dipindah kebagian
tertentu dari glikogen, disintesis kembali menjadi UTP dengan memakai ATP.
Total kebutuhan ATP untuk menyimpan satu molekul glukosa menjadi satu molekul
glikogen adalah dua molekul, dua ADP dan dua inorganik fosfat terbentuk.
Berat molekul glikogen mencapai satu sampai empat juta lebih.
6.2 GLIKOGENOLISIS
Pemecahan glikogen dalam hepar
dan otot berbeda dengan enzim yang terdapat dalam pencernaan. Enzim glikogen
fosforilase akan melepaskan unit glukosa dari rantai cabang glikogen yang tidak
bisa direduksi. Reaksinya bisa digambarkan sebagai berikut:
(Glukosa)n
+ H3PO4 ® Glukosa 1-fosfat + (Glukosa)n-1
Enzim ini hanya memecah ikatan a-1-4 glikosidik, dan berhenti pada empat
residu dari titik cabang. Enzim amilo (a
1,4)à(a 1,4) glukan transferase, memindah tiga
unit glukosa yang terikat pada rantai cabang (yang tinggal empat) pada rantai
yang lain membentuk “rantai” lurus. Selanjutnya enzim glikogen fosforilase.akan
memecah ikatan a-1,4
sampai 4 unit glukosa dari titik cabang, demikian seterusnya.
Debranching enzim (amilo 1,6-glukosidase) memecah ikatan glukosidik
1,6 dan menghasilkan glukosa ( gambar-13 ). Dalam otot glukosa yang dihasilkan
tidak cukup banyak untuk dieksport keluar sel, kemungkinan dipakai oleh sel
otot itu sendiri.
Glukosa 1-fosfat yang terlepas diubah menjadi glukosa 6-fosfat oleh
enzim fosfoglukomutase. Senyawa ini
bisa masuk jalur glikolisis atau jalur lainnya. Di hepar, ginjal dan epitel
usus halus glukosa 6-fosfatase yang
spesifik memecah ikatan ester dan
melepaskan glukosa ke peredaran darah. Enzim ini tidak didapatkan dalam otot.
6.3 GLIKOGENESIS DAN GLIKOGENOLISIS, MEKANISME DAN KONTROL
Pada prinsipnya enzim
yang mengatur metabolisme glikogen adalah glikogen
fosforilase dan glikogen sintase,
enzim-enzim ini sendiri dibawah pengaruh suatu kontrol yang komplek yaitu suatu
mekanisme yang melibatkan peristiwa allosterik dan modifikasi ikatan kovalen
pada senyawa fosfat dari enzim.
6.3.1
Aktifasi dan inaktifasi fosforilase
Dalam
hepar, enzim fosforilase ada dalam keadaan aktif maupun tidak aktif. Pada
fosforilase yang aktif (fosforilase a), gugusan hidroksil dari serin mengalami
fosforilasi (dalam ikatan ester). Fosforilase a ( yang aktif ) bisa menjadi
tidak aktif dengan hilangnya fosfat yang terikat pada senyawa serin tersebut.
Reaksi ini dikatalisis enzim fosfatase
spesifik dengan nama protein fosfatase-1.
Untuk mengaktifkan enzim fosforilase kembali diperlukan refosforilasi, yang
dapat dikatalisis enzim fosforilase
kinase dengan adanya ATP. Fosforilase
otot, berbeda secara immunologik dan genetik bila dibandingkan dengan fosforilase
hepar. Dalam otot fosforilase a
merupakan bentuk fosforilase aktif ( dimer ), mengalami fosforilasi.
Enzim ini aktif dan tidak tergantung ada atau tidak adanya AMP. Tiap monomer
mengandung satu piridoksal fosfat.
Fosforilase b, yang mengalami
defosforilasi hanya aktif apabila ada AMP. Dalam keadaan fisiologis fosforilase
a merupakan bentuk aktif enzim enzim ini.
Aktifasi melalui cAMP
Fosforilase dalam otot dapat
diaktifasi oleh epinefrin secara tidak langsung. Aktifasi ini melalui cAMP. cAMP merupakan
suatu senyawa intra selluler, senyawa ini merupakan suatu senyawa antara
("intermediate compound"). Senyawa ini disebut juga "second messenger".
Banyak hormon yang bekerja dengan perantaraan senyawa ini. cAMP dibentuk
dari ATP oleh enzim adenilil siklase
sebelumnya dikenal dengan nama adenilat siklase (adenylate cyclase), yang
terdapat pada permukaan dalam membran sel. Adenilil siklase dapat diaktifasi oleh hormon-hormon
seperti: epinefrin dan norepinefrin yang bekerja melalui reseptor adrenergik
beta. Reseptor
ini terletak pada sel membran (gambar-11).
Pada hepar glukagon
bekerja melalui reseptor yang lain yaitu reseptor glukagon. cAMP dirusak
enzim fosfodiesterase; dengan adanya
enzim ini kadar cAMP
diatur dalam kadar yang
rendah. Insulin dapat meningkatkan
aktifitas enzim fosfodiesterase dalam hepar, dengan demikian menyebabkan kadar cAMP rendah .
Meningkatnya cAMP menyebabkan
meningkatnya aktifitas enzim protein kinase "cAMP-dependent", yang
mempunyai spesifisitas luas.
Protein
kinase ini mengkatalisis fosforilasi oleh ATP, enzim fosforilase kinase b
(tidak aktif) menjadi fosforilase kinase a (aktif), yang selanjutnya juga
dengan proses fosforilasi fosforilase kinase a yang aktif mengkatalisis
perubahan fosforilase b menjadi fosforilase a (lihat gambar 11).
Protein
kinase "cAMP-dependent" yang tidak aktif terdiri dari dua pasang
subunit. Tiap pasang terdiri dari suatu subunit regulator (R), yang dapat
mengikat dua cAMP, dan subunit katalitik (C), yang mengandung "active
site" membentuk R2C2. Apabila bereaksi dengan cAMP maka
kompleks protein kinase yang tidak aktif itu akan berdisosiasi dan melepaskan
monomer C yang aktif.
R2C2
+ 4cAMP « 2C
+ 2(R-cAMP2)
enzim
enzim
inaktif aktif
Aktifasi
melalui Ca++ dan sinkronisasi dengan kontraksi otot.
Beberapa
saat setelah kontraksi otot dimulai glikogenolisis meningkat beberapa ratus
kali lipat. Hal ini disebabkan karena aktifitas fosforilase yang diaktifkan
oleh fosforilase kinase (gambar-11). Enzim fosforilase kinase sendiri
diaktifkan oleh Ca++, yang mana juga merupakan signal untuk mengaktifkan
kontraksi. Fosforilase kinase otot terdiri dari 4 subunit, a, b, g dan d yang membentuk
struktur (abgd)4. Subunit a dan b mengandung residu serin yang dapat difosforilasi oleh
protein kinase "cAMP-dependent". Subunit b dapat mengikat 4
Ca++. Subunit b identik dengan kalmodulin protein (suatu "Ca++
binding protein").Terikatnya Ca++ pada subunit b dapat mengaktifkan
"catalytic site g" biarpun enzim fosforilase kinase ini dalam bentuk
defosforilasi (fosforilase kinase b). Akan tetapi fosforilase kinase a hanya
akan mempunyai aktivitas maksimal apabila telah mengikat Ca++. TpC
adalah Ca++ binding protein dalam otot, strukturnya mirip struktur
Calmodulin.
Calmodulin atau
TpC dapat berinteraksi
dengan fosforilase-kinase (yang telah
mengikat Ca++) dan menyebabkan aktivasi lebih lanjut. Jadi aktifasi
kontraksi otot dan glikogenolisis
dijalankan oleh kalmodulin yang sama. Efek Ca++ dalam sel dapat terlihat
berkat adanya "the Ca++ binding protein" kalmodulin (
gambar-11 ).
6.3.2
Glikogenolisis dalam hepar
Penelitian menunjukkan bahwa
selain pengaruh aktivitas glukagon melalui reseptornya, glikogenolisis dalam hepar juga dirangsang
oleh katekolamin (adrenalin) melalui proses yang melibatkan mobilisasi Ca++
dan tidak tergantung pada cAMP (cAMP-independent mobilization of Ca++)
dari mitokhondria ke sitosol. Selanjutnya terjadi rangsangan fosforilase kinase
yang sensitif terhadap Ca++/Calmodulin.
Glukagon
tidak mempengaruhi fosforilase otot bergaris, akan tetapi jantung dapat dipe-ngaruhinya.
Perbedaan yang lain antara hepar dan otot
bergaris adalah, protein phosphatase-1 hepar dihambat oleh fosforilase yang
aktif.
Inaktivasi fosforilase.
Fosforilase a dan fosforilase kinase a dapat
dibuat tidak aktif oleh protein phosphatse-1 dengan jalan melepaskan gugusan
fosfatnya (dephosphorylated). Protein phosphatase-1 sendiri dapat dihambat oleh
suatu protein yang disebut inhibitor-1. Inhibitor-1 hanya aktif apabila sudah
mengalami fosforilasi oleh cAMP-dependent protein kinase menjadi inhibitor-1-P.
Dengan demikian cAMP
dapat mengontrol aktivasi
maupun inaktivasi dari phosphorilase (gambar-12).
6.3.3
Aktivasi dan inaktivasi "Glycogen synthase" (glikogen sintase)
Seperti halnya fosforilase, glikogen sintase berada dalam bentuk
fosforilasi maupun defosforilasi. Akan tetapi bentuk aktif glikogen sintase
(glikogen sintase a) adalah defosforilasi (yang telah kehilangan senyawa fosfat
).
Bentuk
ini bisa diubah menjadi glikogen sintase
b (tidak aktif) dengan jalan fosforilasi residu serin (7 buah). Reaksi ini memerlukan
ATP dan dikatalisis oleh sedikitnya 6 macam protein kinase.
Glikogen
sintase terdiri dari 4 sub unit yang identik. Tiap-tiap sub unit mempunyai 7 buah residu serin yang dapat difosforilasi.
Enam
macam protein kinase tersebut diatas, terdiri dari dua protein kinase "Ca++/Calmodulin
dependent"(satu diantaranya adalah fosforilase kinase). Kemudian ada satu
protein kinase yang cAMP-dependent. Protein kinase ini memungkinkan suatu
hormon menghambat sintesis glikogen dan mengaktifkan glikogenolisis secara
sinkron. Sedangkan protein kinase yang lain dikenal dengan nama glikogen
sintase kinase-3, kinase-4 dan kinase-5.
Glukosa-6P merupakan suatu allosterik
aktivator dari glikogen sintase b dengan jalan menurunkan Km untuk UDP-glukosa.
Dengan demikian bentuk yang tidak aktif (glikogen sintase b yaitu bentuk yang
mengalami penambahan fosfat atau bentuk yang terfosforilasi) dapat menjalankan
glikogen sintesis (gambar-10).
Glikogen dapat menghambat sintesis glikogen itu sendiri.
Insulin dapat merangsang sintesis glikogen dalam otot,dengan jalan meningkatkan
defosforilasi (pelepasan fosfat) dan aktivasi glikogen sintesis b. Dalam
keadaan normal defosforilasi glikogen sintesa b dilakukan oleh protein phosphatase-1,
yang mana berada dibawah kontrol cAMP-dependent protein kinase ( gambar-10 ).
6.3.4 Regulasi metabolisme glikogen
Regulasi metabolisme glikogen
dipengaruhi oleh keseimbangan antara enzim glikogen sintase dan fosforilase.
Kedua enzim tersebut berada dibawah kontrol substrat (melalui allosterik) dan
hormon. Melalui cAMP-dependent protein kinase, fosforilase diaktifkan (dengan
jalan meningkatkan cAMP) dan glikogen sintase aktif diubah menjadi tidak aktif
pada waktu yang bersamaan. Jadi inhibisi glikogenolisis akan meningkatkan
glikogenesis dan penghambatan terhadap glikogenesis akan menyebabkan
peningkatan glikogenolisis. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam regulasi
metabolisme glikogen adalah peristiwa defosforilasi dari fosforilase a,
fosforilase kinase dan glikogen sintase b dilakukan oleh satu protein dengan
spesifisitas yang luas yaitu protein phosphatse-1. Selanjutnya protein
phosphatase-1 dihambat oleh inhibitor-1-P. Inhibitor-1-P berasal dari
inibitor-1 yang mengalami fosforilasi dan dikatalisa oleh "cAMP-dependent protein kinase" (
lihat gambar-12 ). Dengan demikian
glikogenolisis bisa dihentikan dan pada waktu yang bersamaan glikogenesis
dirangsang, demikian juga sebaliknya, hal ini disebabkan karena adanya cAMP-dependent
protein kinase. Baik fosforilase kinase maupun glikogen sintase secara
reversibel dapat difosforilasi pada lebih dari satu tempat dengan bantuan
kinase dan fosfatase yang berbeda. Fosforilasi yang kedua ini mengubah sensitivitas fosforilasi dan
defosforilasi yang pertama ( Enzim piruvat dehidrogenase juga menunjukkan
adanya "multisite phosphorylation").
6.3.5 Hepar
Faktor utama yang mengatur
metabolisme glikogen dalam hepar adalah konsentrasi
fosforilase a. Enzim ini tidak hanya merupakan "control the rate-limiting
step" dalam glikogenolisis, akan tetapi dapat juga menghambat aktivitas
protein phosphatase-1 dengan demikian dapat mengontrol sintesis glikogen.
Penghambatan aktivitas fosforilase terjadi sebagai akibat inhibisi allosterik
oleh glukosa yang meningkat setelah
makan. Sedangkan aktivasi fosforilase oleh 5`-AMP terjadi sebagai akibat
menurunnya kadar ATP.
Glukagon
merupakan hormon utama yang menyebabkan kenaikan cAMP dalam
hepar, yang berakibat meningkatnya glikogenolisis. Sebagian besar rangsangan
katekolamin (adrenalin) melalui mekanisme yang tidak melibatkan cAMP akan
tetapi melalui a1-reseptor
adrenergik. Proses ini melalui rangsangan fosforilase kinase b langsung oleh Ca++
dan calmodulin. cAMP-independent glikogenolisis juga dapat disebabkan oleh vasopressin,
oksitosin dan angiotensin II melalui kalsium atau jalur fosfatidilinositol
bisfosfat. Insulin menyebabkan inaktivasi fosforilase secara cepat yang diikuti
oleh aktivasi glikogen sintase. Pengaruh
ini bisa berlangsung apabila ada glukosa.
6.4 Kelainan-kelainan penimbunan glikogen
Kelainan
penimbunan glikogen "glycogen storage disease" adalah suatu penyakit
yang diturunkan. Ada
beberapa tipe:
6.4.1
Tipe I glikogenosis ( von Gierke's
disease )
Dalam sel-sel hepar dan "renal convulated tubules" penuh dengan
glikogen. Secara metabolik glikogen ini tidak bisa dipakai. Terbukti dengan
terjadinya hipoglisemia pada penderita ini. Ketosis dan heperlipemia terjadi
pada penderita ini, yang merupakan suatu
tanda adanya kekurangan karbohidrat. Dalam hepar, ginjal dan usus halus
aktivitas glukosa-6 fosfatase sedikit sekali atau tidak ada pada penderita ini.
6.4.2 Tipe II ( Pompe's disease )
Merupakan kelainan yang menyebabkan kematian.
Terjadi kekurangan enzim lisosom α-1à4 dan 1à6-glukosidase (asid maltase). Adapun
fungsi kedua enzim tersebut adalah memecah glikogen. Sebagai akibatnya adalah
terjadi penimbunan glikogen dalam lisosom.
6.4.3
Tipe III ( limit dextrinosis: Forbes' or Cori's disease ).
Enzim "debranching"
tidak ada pada penderita ini. Limit
dekstrin tertimbun dalam sel-sel jaringan.
6.4.4
Tipe IV ( amylopectinosis,Anderson 's
disease )
Pada tipe ini enzim "branching"
tidak ada, hingga terdapat akumulasi polisakarida dengan sedikit titik-titik
cabang. Kematian biasanya
terjadi pada tahun pertama karena kegagalan jantung atau kegagalan hepar.
6.4.5 Tipe V
glikogenosis ( myophosphorylase deficiency glycogenosis: McArdle's syndrome)
Fosforilase
otot tidak ada.
Penderita
dengan tipe ini tidak tahan olahraga. Meskipun kadar glikogen dalam otot tinggi
(2,5-4,1%) namun sedikit sekali atau tidak terukur adanya asam laktat dalam darahnya.
6.4.6 Tipe VI glikogenosis ( Hers' s disease ).
Dalam
hepar kekurangan enzim fosforilase. Terjadi penimbunan glikogen dalam hepar. Ada tendensi
mengalami hipoglikemi.
6.4.7 Tipe VII glikogenosis ( Tarui's disease )
Fosfofrukto kinase dalam otot dan eritrosit menurun. Bisa
mengalami anemi hemolitik.
6.4.8 Tipe VIII. glikokenosis.
Dalam hepar
kekurangan enzim fosforilase kinase. Gejala mirip tipe VI.
Latihan / cek list
1.Tulislah rangkaian
reaksi glikogenesis (glukosa à
glikogen)!
2.Tulislah rangkaian
reaksi glikogenolisis (glikogen à
glukose + glukosa 1-P)
3.Terangkan peran
enzim-enzim :
3.1.adenilil siklase
3.2.protein kinase cAMP
dependent
3.3.fosforilase kinase
3.4.fosforilase
3.5.protein fosfatase
3.6.inhibitor 1
3.7.glikogen sintase
3.8.branching enzyme
3.9.debrancing enzyme
3.10.glukosa 6 P-ase
4.Terangkan pengaruh hormon-hormon :
4.1.epinefrin / glukagon
4.2.insulin terhadap glikogenesis dan glikogenolisis
.
7. GLUKONEOGENESIS
7.1 Glukoneogenesis adalah suatu
pembentukan glukosa dari senyawa yang bukan karbohidrat Glukoneogenesis penting
sekali untuk menyediakan glukosa, apabila didalam diet tidak mengandung cukup
karbohidrat. Syaraf, medulla dari ginjal, testes, jaringan embriyo dan
eritrosit memerlukan glukosa sebagai sumber utama penghasil energi. Glukosa
diperlukan oleh jaringan adiposa untuk menjaga senyawa antara siklus asam
sitrat. Didalam mammae, glukosa diperlukan untuk membuat laktosa. Didalam otot,
glukosa merupakan satu-satunya bahan untuk membentuk energi dalam keadaan
anaerobik.
Untuk
membersihkan darah dari asam laktat yang selalu dibuat oleh sel darah merah dan
otot, dan juga gliserol yang dilepas jaringan lemak, diperlukan suatu proses
atau jalur yang bisa memanfaatkannya.
Pada
hewan memamah biak, asam propionat merupakan bahan utama untuk glukoneogenesis.
Perhatikan gambar-14 !
Jalur yang dipakai dalam
glukoneogenesis adalah modifikasi dan adaptasi dari jalur Embden-Meyerhof dan
siklus asam sitrat.
Enzim tambahan yang diperlukan
dalam proses ini selain dari enzim-enzim dalam kedua jalur diatas adalah :
7.1 1Piruvat karboksilase
7.1.2 Fosfoenolpiruvat karboksikinase
7.1.3 Fruktosa 1,6-bisfosfatase (tidak
ada dalam otot jantung dan otot polos)
7.1.4 Glukosa 6-fosfatase
Dalam keadaan puasa, enzim
piruvat karboksilase dan enzim fosfoenolpiruvat karboksikinase sintesisnya
meningkat. Sintesis enzim ini juga dipengaruhi oleh hormon glukokortikoid.
Dalam keadaan puasa, oksidasi asam lemak dalam hepar meningkat. Ini membawa
akibat yang menguntungkan untuk glukoneogenesis karena akan menghasilkan ATP,
NADH dan oksaloasetat.
Asam lemak dan asetil-KoA akan menghambat
enzim-enzim fosfofruktokinase, piruvat kinase dan piruvat dehidrogenase,
mengaktifkan enzim-enzim piruvat karboksilase dan fruktosa 1,6-bisfosfatase.
7.2
Substrat untuk glukoneogenesis adalah :
7.2.1 asam laktat yang berasal dari
otot, sel darah merah, medulla dari glandula supra-renalis, retina dan sumsum
tulang
7.2.2 gliserol, yang berasal dari
jaringan lemak
7.2.3 asam propionat, yang dihasilkan
dalam proses pencernaan pada hewan memamah biak.
7.2.4 asam amino glikogenik
7.3 Perubahan asam laktat menjadi glukosa
Untuk mengubah
asam laktat menjadi glukosa dapat dilihat pada diagram (gambar 14):
Asam
laktat di dalam sitoplasma diubah menjadi asam piruvat, kemudian asam piruvat masuk
ke dalam mitokhondria dan diubah menjadi oksaloasetat. Karena oksaloasetat tidak dapat melewati membran
mitokhondria, maka diubah dulu menjadi malat. Di sitoplasma malat diubah
kembali menjadi oksaloasetat. Oksaloasetat kemudian diubah menjadi
fosfoenolpiruvat yang selanjutnya berjalan ke arah kebalikan jalur
Embden-Meyerhof dan akhirnya akan menjadi glukosa.
Pada diagram dapat juga kita lihat reaksi-reaksi yang
diperlukan untuk mengubah gliserol dan asam-asam amino glukogenik menjadi
glukosa. Asam amino glukogenik masuk ke dalam jalur glukoneogenesis ditandai
dengan bundaran dan panah pada siklus asam tri karboksilat ( TCA cycle ).
Beberapa
reaksi dan enzim-enzim tambahan untuk mengubah asam laktat menjadi glukosa
(selain jalur kebalikan glikolisis dan TCA cycle) adalah :
Enzim piruvat karboksilase mengkatalisis reaksi
7.3.1 Piruvat ® Oksaloasetat (gambar 15-16)
Dalam
reaksi ini diperlukan ATP, CO2 (berasal dari H2CO3),
biotin ( yang diperlukan untuk mengikat bikarbonat pada enzim sebelum ditambahkan
pada asam piruvat ) dan ion Mg.
7.3.2 Enzim
fosfoenolpiruvat karboksikinase
mengkatalisis reaksi :
Oksaloasetat ® Fosfoenolpiruvat
Dalam
reaksi ini diperlukan "high energy phosphate" GTP atau ATP, dan akan
terbentuk CO2.
7.3.3
Enzim fruktosa 1,6-bisfosfatase akan mengkatalisis reaksi :
Fruktosa
1,6-bisfosfat ®
Fruktosa 6-fosfat
Enzim
ini bisa didapatkan dalam hati, ginjal otot bergaris, sedangkan jaringan lemak,
otot jantung dan otot polos tidak mengandung enzim fruktosa 1,6-bisfosfatase.
7.3.4
Enzim glukosa 6-fosfatase mengkatalisis reaksi :
Glukosa
6-fosfat ® Glukosa
Enzim
ini terdapat dalam usus halus, hati, ginjal dan platelet, akan tetapi tidak
bisa dijumpai dalam otot dan jaringan lemak.
7.4
Enzim gliserokinase mengkatalisis reaksi :
Gliserol
® Gliserol 3-fosfat
Dalam
reaksi ini diperlukan ATP dan menghasilkan ADP. Enzim ini terutama terdapat
dalam hati dan ginjal.
Enzim
gliserol 3-fosfat dehidrogenase mengkatalisis reaksi :
Gliserol 3-fosfat ® Dihidroksi
aseton fosfat ( DHAP )
7.5 Asam
propionat perlu diaktivasi dahulu menjadi propionil-KoA. Ensim tiokinase
mengkatalisis reaksi ini dan memerlukan ATP , KoA dan ion Mg. Selanjutnya propionil-KoA
diubah menjadi D-metilmalonil-KoA, selanjutnya setelah mengalami rasemisasi
akan diubah menjadi L-metilmalonil-KoA. Senyawa ini kemudian akan diubah
menjadi suksinil-KoA yang akan masuk ke dalam siklus asam sitrat yang akhirnya
akan diubah menjadi glukosa melalui kebalikan jalur Embden-Meyerhof ( gambar-17 ).
Pada burung dara, ayam dan marmut
fosfoenolpiruvat (PEP) kaboksikinase hepar terdapat dalam mitokhondria. PEP
yang terbentuk keluar dari mitokhondria.
PEP karboksikinase pada tikus terdapat di sitoplasma.
Malat keluar.
Pada manusia, guinea pig dan sapi PEP karboksikinase
terdapat di dalam dan di luar mitokhondria.
Latihan / cek lis:
1.Tulislah
definisi glukoneogenesis !
2.Tulislah
rangkaian reaksi glukoneogenesis dari asam laktat menjadi glukosa di dalam
tubuh
manusia !
3.Terangkan
bagaimana enzim kunci rangkaian di atas dipengaruhi oleh adanya aseil-KoA !
Tulislah reaksi lengkapnya !
4.Tullislah rangkaian reaksi pembentukan
glukosa dari gliserol !
Catatan
:
8.HEXOSE
MONOPHOSPHATE SHUNT ( HMP Shunt ) = PENTOSE PHOSPHATE PATHWAY (PPP) OKSIDASI
GLUKOSA LANGSUNG = JALUR FOSFOGLUKONAT
8.1
Jalur ini aktif dalam hepar, jaringan adiposa (lemak), adrenal korteks,
glandula tiroid, sel darah merah,testes dan payudara yang sedang menyusui.
Dalam otot aktivitas jalur ini rendah sekali.
8.2 Fungsi utama jalur ini adalah untuk
menghasilkan NADPH, yaitu dengan mereduksi NADP+. NADPH diperlukan untuk proses anabolik di luar
mitokhondria, seperti sintesis asam lemak dan steroid. Fungsi yang lain adalah
menghasilkan ribosa-5-fosfat untuk sintesis nukleotida dan asam nukleat.
8.3 Jalannya reaksi sebagai berikut ( gambar 18-19 ):
β-D-glukosa 6-fosfat mengalami oksidasi menjadi
6-fosfoglukonolakton. Enzimnya adalah glukosa 6-fosfat dehidrogenase (G6PD).
Reaksi ini memerlukan Mg++ atau Ca++ , memakai NADP+
dan menghasilkan NADPH. Insulin meningkatkan sintesis enzim ini.
Selanjutnya 6-fosfoglukonolakton diubah menjadi
6-fosfoglukonat. Reaksi ini juga memer-lukan Mg++, Mn++ atau Ca++.
Enzimnya glukono-lakton hidrolase. Satu molekul air (H2O) terpakai, ikatan
cincin terlepas.
6-fosfoglukonat
selanjutnya mengalami dekarboksilasi dan berubah menjadi riboluse-5-fosfat.
Sebelum dekarboksilasi 6-fosfoglukonat dioksidasi menjadi semyawa antara 3-keto
6-fosfoglukonat. Ion Mg++, Mn++ atau Ca++
diperlukan. NADP+ bertindak sebagai hidrogen ekseptor menjadi NADPH.
Enzim yang mengkatalisis reaksi ini adalah 6-fosfoglukonat dehidrogenase.
Aktivitas enzim ini tergantung adanya NADP+. Seperti halnya enzim
G6PD enzim 6-fosfoglukonat dehidrogenase sintesisnya dirangsang oleh insulin.
Selanjutnya Ribulosa 5-fosfat dapat menjadi
dua substrat dari dua enzim yaitu:
1. Ribulosa 5-fosfat epimerase, yang membentuk suatu
epimer pada karbon ketiga, yaitu xylulose 5-fosfat (xylulose 5-phosphate).
2. Ribosa 5-fosfat ketoisomerase, yang
merubah ribulosa 5-fosfat menjadi ribosa 5-fosfat.
Proses
selanjutnya akan melibatkan suatu enzim transketolase, yang dapat memindah dua
unit karbon ( C1 dan C2 ) dari suatu ketosa pada aldehida dari aldosa. Dalam reaksi ini diperlukan suatu koenzim, tiamin
difosfat dan ion Mg++. Dua karbon dari xylulose 5-fosfat dipindah
pada ribosa 5-fosfat, menghasilkan suatu ketosa dengan tujuh karbon yaitu
sedoheptulosa 7-fosfat dan aldosa dengan tiga karbon gliseraldehida
3-fosfat.
Sedoheptulosa
7-fosfat dan gliseraldehida 3-fosfat akan bereaksi dengan bantuan enzim
transaldolase dan membentuk fruktosa 6-fosfat dan eritrosa 4-fosfat.Dalam
reaksi ini, transaldolase memindah tiga karbon "active dihydroxy
acetone" (C1-C3) dari keto dengan tujuh karbon pada aldosa dengan tiga
karbon.
Reaksi selanjutnya kembali melibatkan
enzim transketolase, dimana xylulose 5-fosfat menjadi donor "active
glycoaldehyde" (C1-C2). Eritrosa 4-fosfat yang terbentuk dari reaksi
sebelumnya, akan bertindak sebagai akseptor (penerima) C1-C2. Reaksi ini
memerlukan tiamin dan ion Mg++ sebagai ko-enzim dan menghasilkan
fruktosa 6-fosfat dan gliseraldehida 3-fosfat.
Agar
glukosa dapat dioksidasi secara sempurna menjadi CO2, diperlukan
enzim yang dapat mengubah gliseraldehide 3-fosfat menjadi glukosa 6-fosfat.
Untuk ini diperlukan enzim Embden-Meyerhof (glikolisis) yang bekerja kearah
yang berlawanan. Selain itu, juga diperlukan enzim fruktosa 1,6-difosfatase.
Enzim ini mengubah fruktosa 1,6-difosfat menjadi fruktosa 6-fosfat.
Secara keseluruhan proses ini dapat
dianggap suatu oksidasi tiga molekul glukosa 6-fosfat menjadi tiga molekul CO2
dan tiga molekul pentosa fosfat. Tiga molekul pentosa fosfat diubah menjadi dua
molekul glukosa fosfat dan satu molekul gliseraldehida 3-fosfat. Karena dua
molekul gliseraldehide 3-fosfat dapat diubah menjadi satu molekul glukosa
6-fosfat melalui jalur kebalikan glikolisis, maka HMP Shunt dapat dikatakan
suatu oksidasi glukosa sempurna ( gambar-20 ).
Enzim
6-fosfoglukonat dehidrogenase mengontrol HMP Shunt. Enzim ini dapat dihambat
oleh NADPH. Reaksi yang dikatalisis enzim ini tidak akan berjalan apabila NADPH
tidak dipakai atau dengan kata lain konsentrasinya tidak menurun. Perlu diingat
bahwa produksi ribosa 5-fosfat tidak tergantung pada oksidasi glukosa, tapi
dapat melewati kebalikan jalur glikolisis.
NADPH yang terbentuk berguna dalam
sintesis asam lemak, steroid dan sintesis asam amino. Sintesis asam amino
melalui glutamat dehidrogenase. Adanya lipogenesis yang aktif, memerlukan NADPH,
hal ini akan merangsang oksidasi glukosa lewat HMP Shunt. "Fed
state", suatu keadaan dimana seseorang baru saja makan, mungkin dapat
menginduksi sintesis enzim-enzim glukosa 6-fosfat dehidrogenase dan
6-fosfoglukonat dehidrogenase.
8.4 HMP Shunt
dalam eritrosit, hepar dan paru berguna sebagai penghasil suatu reduktor
(NADPH). NADPH dapat mereduksi glutation yang telah mengalami oksidasi (
G-S-S-G ) menjadi glutation yang tereduksi (2 G-SH). Enzim yang mengkatalisis
reaksi ini adalah glutation reduktase. Selanjutnya glutation yang tereduksi
dapat membebaskan eritrosit dari H2O2 dengan suatu reaksi
yang dikatalisis oleh enzim glutation peroksidase.
2
G-SH +
H2O2 ®
G-S-S-G + 2 H2O
Reaksi ini penting sebab penimbunan H2O2
memperpendek umur eritrosit. Telah dibuktikan adanya korelasi terbalik antara
aktivitas enzim glukosa 6-fosfat dehidrogenase dengan fragilitas sel darah
merah. Pada beberapa orang yang mengalami mutasi dimana enzim ini berkurang,
maka mereka akan lebih mudah mengalami hemolisis sel darah merah apabila diberi
suatu oksidan seperti primaquin, aspirin, sulfonamid atau apabila diberi makan
"fava bean".
HMP Shunt akan menghasilkan suatu pentosa untuk sintesis
nukleotida dan asam nukleat. Ribosa 5-fosfat akan bereaksi dengan ATP menjadi
5-fosforibosil-1-pirofosfat (PRPP).
Dalam otot enzim glukosa 6-fosfat dehidrogenase
dan 6-fosfoglukonat dehidrogenase hanya sedikit sekali, namun otot dapat
membuat ribosa 5-fosfat, yaitu dengan kebalikan HMP Shunt.
Latihan / cek list
1.Tulislah rangkaian reaksi pembentukan Ribosa 5 fosfat
dari glukosa !
2.Terangkan cara kerja enzim-enzim :
2.1.”Glukosa 6 Phosphate Dehydrogenase (G6PD)”
2.2.6P glukonat Dehidrogenase. Apa yang mempengaruhi
kerja enzim ini ?
2.3.Transketolase
2.4.Trans Aldolase
3.Tulislah rangkaian reaksi pembentukan Ribose 5 P dari
glukosa di dalam otot !
Catatan
:
9. METABOLISME
ASAM URONAT ( THE URONIC ACID PATHWAY )
Selain dari jalur yang telah diterangkan
di atas, glukosa 6-fosfat dapat diubah menjadi asam glukoronat (glucoronic
acid), asam askorbat (ascorbic acid) dan pentosa melalui suatu jalur yang
disebut "the uronic acid pathway" ( gambar-21 ).
Akan tetapi manusia, primata dan guinea pig tidak bisa membuat asam
askorbat. Karena kekurangan enzim tertentu, maka L-gulonat yang terbentuk tidak bisa diubah
menjadi L-asam askorbat. L-gulonat akan dioksidasi menjadi 3-keto-L-gulonat,
yang kemudian mengalami dekarboksilasi menjadi L-xylulose.
Reaksi
lengkapnya adalah sebagai berikut : glukosa-6fosfat akan diubah menjadi glukosa
1-fosfat. Glukosa 1-fosfat akan bereaksi dengan UTP (uridin trifosfat) dan
membentuk nukleotida aktif UDPG (uridin difosfat glukosa). Selanjutnya UDPG
akan mengalami oksidasi dua tahap pada atom karbon yang keenam. Asam glukoronat
(D-glucoronate) yang terbentuk oleh enzim yang tergantung pada NADPH, direduksi
menjadi L-gulonat.
L-gulonat
merupakan bahan baku untuk membuat asam askorbat.
Pada manusia,
primata dan guinea pig L-gulonat melalui 3-keto L-gulonat akan diubah menjadi
L-xylulose (L silulose) (mungkin lebih baik dipakai istilah bah Ingrisnya,
sebab bisa disalah artikan dengan selulose=cellulose). D-xylulose merupakan
bagian dari HMP Shunt. Untuk bisa masuk ke dalam HMP Shunt,maka L-xylulose
harus diubah dulu menjadi D-xylulose melalui silitol. Dalam proses ini diperlukan
NADPH dan NAD+. Perubahan silitol menjadi D-silulosa dikatalisis enzim
silulosa reduktase.
D-xylulose
akan diubah menjadi D-xylulose 5-fosfat, ATP bertindak sebagai donor fosfat.
Pada suatu
penyakit yang menurun yang disebut "essential pentosuria" di dalam urinnya banyak didapatkan L-xylulose, diperkirakan enzim
yang mengkatalisis L-xylulose menjadi silitol tidak ada pada penderita penyakit
ini.
Latihan / cek lis :
1.Tulislah rangkaian reaksi pembentukan asam glukoronat
dari glukosa !
2.Apa substrat dari sintesis asam askorbat ?
3.Apa yang terjadi apabila seseorang mengkonsumsi asam
askorbat sebanyak 3 gram ?
Catata :
10. METABOLISME FRUKTOSA DAN
SORBITOL
10.1 Fruktosa
dapat difosforilasi menjadi fruktosa 6-fosfat oleh enzim heksokinase. Enzim ini
juga dapat memakai glukosa dan mannosa sebagai substrat, tapi afinitas untuk
fruktosa sangat kecil bila dibandingkan dengan glukosa.
Fruktokinase
yang terdapat dalam hati, ginjal dan usus halus, dapat mengkatalisis fruktosa
dengan ATP menjadi fruktosa 1-fosfat. Harga Km untuk reaksi ini kecil sekali
dan aktivitas enzim ini tidak dipengaruhi oleh puasa ataupun insulin. Sangat
mungkin sekali bahwa fosforilasi dengan enzim ini merupakan reaksi fosforilasi
yang utama dari fruktosa. Kekurangan enzim fruktokinase dalam hepar akan menyebabkan suatu kelainan yang disebut
"essential fruktosuria" ( gambar-22 ).
Karena aktivitas enzim fruktokinase tidak dipengaruhi
insulin maka pada penderita Diabetes Mellitus, fruktosa
dapat dihilangkan dari darah dengan kecepatan yang sama dibandingkan dengan orang normal.
Fruktokinase tidak dapat memakai glukosa
sebagai substrat.
Selanjutnya fruktosa 1-fosfat dipecah menjadi D-gliseral
dehid dan dihidroksi aseton fosfat. Reaksi ini dilatalisis enzim aldolase B,
yang terdapat dalam hati. Enzim ini juga bisa memakai fruktosa 1,6-bisfosfat
sebagai substratnya.Apabila enzim
aldolase B tidak ada maka akan menyebabkan suatu penyakit menurun yang disebut "hereditary
fructosa intolerance".
D-gliseraldehid dapat masuk ke dalam
glikolisis melalui suatu reaksi yang
dikatalisis oleh enzim yang terdapat dalam hepar yaitu triokinase. Enzim ini
mengkatalisis fosforilasi D-gliseraldehid menjadi D-gliseraldehid 3-fosfat. Dihidroksi
aseton fosfat dan gliseraldehi 3-fosfat (triosa fosfat) mungkin mengalami
degradasi melalui jalur glikolisis atau diubah menjadi glukosa. Dalam hepar
kedua triosa fosfat tersebut akan banyak yang diubah menjadi glukosa. Salah
satu akibat dari "hereditary
fructose intolerance" dan keadaan lain yang disebabkan karena kekurangan
enzim fruktrosa 1,6-bisfofatase adalah hipoglisemi akibat induksi fruktosa,
biarpun dalam hepar kadar glikogen tinggi. Ini disebabkan karena akumulasi
fruktosa 1-fosfat dan fruktosa 1,6-bisfosfat akan menghambat aktivitas enzim
fosforilase dalam hepar melalui mekanisme allosterik.
Apabila hepar
dan usus dari suatu binatang percobaan dibuang, maka
injeksi fruktosa (pemberian fruktosa secara parenteral) tidak akan bisa diubah
menjadi glukosa, dan binatang tersebut akan mati, kecuali apabila diberi
glukosa. Pada manusia telah dilaporkan bahwa ginjal dapat mengubah fruktosa
menjadi glukosa dan asam laktat. Pada manusia, dalam usus banyak sekali
fruktosa diubah menjadi glukosa sebelum diserap melalui vena porta, hal ini
tidak terjadi pada tikus.
Fruktosa akan lebih cepat mengalami glikolisis bila
dibandingkan dengan glukosa, karena fruktosa tidak melewati jalur reaksi yang
dikatalisis enzim fosfofruktokinase.
Enzim ini mengontrol kecepatan reaksi katabolisme glukosa. Ini menyebabkan
fruktosa akan membanjiri hepar dengan akibat meningkatnya sintesis asam lemak,
esterifikasi asam lemak dan sekresi Very Low Density Lipoprotein (VLDL), yang
mungkin bisa meningkatkan kadar triasil gliserol.
Fruktosa
bisa didapatkan dalam "seminal plasma" dan disekresi ke dalam fetal
sirkulasi pada ikan paus . Pada binatang ini fruktose tertimbun dalam cairan
amnion dan "allantoic fluid".
10.2 METABOLISME
SORBITOL
Sorbitol dan fruktosa didapatkan dalam lensa.
Pada penderita Diabetes Mellitus kadar sorbitol dan fruktosa dalam lensa
meningkat, mungkin senyawa tersebut terlibat dalam pembentukan katarak.
Inhibitor aldose reduktase dapat mencegah timbulnya katarak pada diabetes
mellitus.
Glukosa dapat diubah menjadi fruktosa
melalui jalur sorbitol (gambar-22). Dalam hepar jalur ini tidak ada.
Pembentukan fruktosa meningkat dengan meningkatnya kadar glukosa, seperti dalam
Diabetes Mellitus.
Aldosa reduktase mengkatalisis reduksi glukosa menjadi
sorbitol. Dalam reaksi ini NADPH diperlukan sebagai reduktor, yang berubah
menjadi NADP. Selanjutnya sorbitol dioksidasi menjadi fruktosa dalam suatu
reaksi yang dikatalisis enzim sorbitol dehidrogenase. Reaksi ini memerlukan NAD+.
Sorbitol tidak dapat secara bebas berdifusi keluar sel, oleh karena itu dapat
tertimbun dalam sel. Dalam hepar adanya sorbitol dehidrogenase menyebabkan
sorbitol diubah menjadi fruktosa. Apabila sorbitol diberikan intravena maka
senyawa ini akan diubah menjadi fruktosa, bukan menjadi glukosa (sorbitol
dehidrogenase mengkatalisis reaksi dua arah). Apabila sorbitol diberikan
per-oral sedikit sekali yang diserap, dan akan mengalami fermentasi oleh
bakteri usus besar (kolon) dan menghasilkan asetat dan H2. Pada
keadaan "sorbitol intolerance" kram perut mungkin disebabkan oleh
makanan yang dikatakan pemanis "sugar-free" yang mengandung sorbitol.
Latihan / ceklist :
1.Mengapa metabolisme fruktosa lebih cepat bila
dibandingkan metabolisme glukosa dalam
hepar ?
2.Mengapa pada penderita diabetes mellitus mudah terjadi
katarak ?
3.Apa yang terjadi apabila sseseorang mengkonsumsi
soritol terlalu banyak ? Mengapa ?
Catatan :
11. METABOLISME GALAKTOSA
Galaktosa diserap
usus dengan mudah diubah menjadi glukosa dalam hepar. "Galactose tolerance
test" adalah suatu pemeriksaan untuk mengetahui fungsi hepar, namun
sekarang sudah jarang dipakai.
Jalur yang
dipakai untuk mengubah galaktosa menjadi glukosa adalah sebagai berikut ( gambar-23 ):
Galaktokinase mengkatalisis reaksi (1) dan dalam reaksi
ini diperlukan ATP sebagai donor fosfat. Galaktosa 1-fosfat yang terbentuk akan
bereaksi dengan uridin difosfat glukosa (UDPG) dan menghasilkan uridin difosfat
galaktosa dan glukosa 1-fosfat. Reaksi ini dikatalisis enzim galaktosa 1-fosfat
uridil transferase, galaktosa menggantikan tempat glukosa.
Suatu
epimerase mengubah galaktosa menjadi glukosa (reaksi 3). Reaksi ini terjadi
pada suatu nukleotida yang mengandung galaktosa, peristiwa oksidasi-reduksi
berlangsung dan memerlukan NAD+ sebagai ko-enzim. UDP-glukosa yang
dihasilkan, dibebaskan dalam bentuk glukosa 1-fosfat (reaksi 4). Mungkin
sebelum dibebaskan digabung dulu dengan molekul glikogen, baru kemudian dipecah
enzim fosforilase.
Reaksi (3)
adalah reaksi dua arah. Dari diagram dapat dilihat bahwa glukosa bisa diubah
menjadi galaktosa.
Dalam tubuh
galaktosa diperlukan bukan hanya untuk sintesis laktosa, tetapi juga untuk
membuat serebrosida, proteoglikan dan glikoprotein.
Sintesis
laktosa dalam mamma terjadi dengan jalan kondensasi UDP-galaktosa dengan
glukosa dan dikatalisis enzim laktosa sintetase.
Suatu penyakit
yang dapat diturunkan menyebabkan galaktosemia, mungkin terjadi akibat
kekurangan enzim-enzim pada reaksi (1), (2) dan (3). Akan tetapi yang paling
banyak diketahui adalah akibat kekurangan enzim uridil transferase (reaksi 2).
Karena kadar galaktosa meningkat, dalam lensa mata galaktosa bisa mengalami
reduksi menjadi galaktitol. Apabila kadar galaktitol ini tertimbun dalam lesa
mata maka akan mempercepat terjadinya katarak.
Kekurangan enzim yang
mengkatalisis reaksi (2)
membawa akibat yang paling buruk bila dibandingkan dengan kekurangan
enzim-enzim yang lain, karena galaktosa 1-fosfat tertimbun sedangkan hepar
kekurangan fosfat inorganik. Ini bisa menyebabkan kegagalan fungsi hepar dan
retardasi mental. Ekspresi klinik terjadi apabila aktivitas uridil transferase
berkurang lebih dari 50 %, dan ini hanya terjadi pada homozygote.
Latihan / cek lis :
1.Tulislah rangkaian reaksi pembentukan laktosa dari
glukosa !
2.Mengapa pada bayi yang mengalami intoleransi terhadap
galaktosa muntah-muntah ?
3.Senyawa apa yang menyebabkan katarak pada gangguan metabolisme galaktosa ?
12. METABOLISME HEKSOSAMIN
Heksosamin
merupakan komponen karbohidrat yang
penting dalam tubuh, karena heksosamin adalah bagian dari elemen struktur
jaringan tubuh. Mukopolisakarida biasanya terdiri dari dua monosakarida
sebagai struktur dasar (repeating unit).
Mukopolisakarida yang paling banyak
didapatkan dalam tubuh adalah asam hialuronat. Asam hialuronat
terdapat dalam "cell coat", "ground substance" pada
jaringan ikat, jaringan sinovial, vitreous humor.
"Repeating unit" asam hialuronat adalah asam D-glukoronat dan
N-asetil D-glukosamin, yang terikat melalui
b(1-3).
Lihat
gambar-24 !
Glukosa akan
diubah menjadi glukosa 6-fosfat yang oleh enzim heksosa fosfat isomerase akan
diubah menjadi fruktosa 6-fosfat.
Amino
transferase mengkatalisis pemindahan gugusan amino dari glutamin dan membentuk
glukosamin 6-fosfat. Reaksi selanjutnya adalah pembentukan N-asetil glukosamin
6-fosfat, N-asetil glukosamin 1-fosfat, kemudian pembentukan UDP-N-asetil
glukosamin yang selanjutnya dengan asam D-glukoronat membentuk unit untuk polimerisasi
yaitu sintesa asam hialuronat.
Mukopolisakarida yang lain adalah khondroitin, yang strukturnya mirip
asam hialuronat, bedanya pada khondroitin N-asetil D-glukosamin yang terdapat
pada hialuronat diganti dengan N-asetil D-galaktosamin. Khondroitin sendiri
hanya merupakan bagian yang kecil dari komposisi "extra cellular
material", tapi derivat sulfatnya seperti khondroitin 4-sulfat dan
khondroitin 6-sulfat merupakan komponen tulang rawan, kornea dan bagian-bagian
lain tubuh dalam jaringan ikat.
Dengan enzim
epimerase UDP-N-asetil glukosamin diubah menjadi UDP-N-asetil galaktosamin.
Sintesa khondroitin dari dua monosakarida secara lengkap belum dijelaskan dalam
buku standar.
Latihan / cek lis :
1.Terangkan senyawa apa saja yang membentuk :
1.1.Heparin
1.2.Asam hialuronat
1.3.Khondoitin
13. REGULASI METABOLISME KARBOHIDRAT
13.1 Pengantar.
Agar kebutuhan tiap-tiap sel, tiap-tiap
organ bahkan kebutuhan seluruh tubuh terpenuhi, dalam ber-macam2 kondisi
nutrisi maupun dalam keadaan patologis, maka jalur metabolik harus ada di bawah
kontrol yang terkoordinasi.Istilah yang diberikan dalam regulasi metabolik ini
dinamakan "caloric homeostasis".
Homeostasis kalorik meliputi menjaga
kebutuhan "fuel" ataupun mengadakan "fuel" baru yang bisa
menggantikan "fuel" yang asli.Sebagai contoh, homeostasis kalorik ini
menjaga kebutuhan tubuh (terutama otak) akan glukosa; kadar glukosa dalam darah
dijaga agar "konstan".
13.2 Prinsip regulasi.
13.2.1 Jalur yang
dilewati proses anabolik (sintesis) berbeda dengan jalur katabolik (degradasi).
Kadang-kadang kedua jalur tersebut memakai beberapa enzim yang sama.
13.2.2 Jalur
anabolik dan jalur katabolik masing-masing di bawah kontrol enzim regulatornya
sendiri. Namun kedua jalur itu terkoordinasi dalam suatu sistim, sehingga efek
stimulasi yang terjadi pada anabolik pada waktu yang sama mempunyai efek
inhibisi pada jalur katabolik (ingat metabolisme glikogen).
13.2.3 Energi yang
diperlukan dalam proses anabolik diperoleh dari reaksi pemecahan ATP, dan
secara keseluruhan merupakan reaksi satu arah dan "irriversible".
Akibatnya biarpun kadar substratnya kecil proses anabolik masih bisa terjadi.
13.3 Secara
keseluruhan regulasi suatu jalur metabolik dikontrol oleh satu atau mungkin dua
reaksi kunci yang dikatalisis oleh enzim regulator. Faktor kimia-fisika penting
dalam suatu kontrol jalur metabolik, misalnya kecepatan reaksi dipengaruhi oleh
kadar substrat, lihat gambar dibawah ini
! (gambar-25).
Kontrol metabolik suatu reaksi
enzimatik.
Inaktif
E1
¯
Ca/calmodulin cAMP
¯
Aktif
E1
A à │ à A + B ® C + D


Pos.
allostik Neg.
allosterik
feed
forward feed back
aktifasi inhibisi
![]() |
![]() |
Enzim Ribosomal sintesis
![]() |
Produksi mRNA
oleh inti sel
![]() |
![]() |
Induksi Represi
Gambar-25.Kontrol metabolik
Pada gambar di atas tahapan reaksi
dimulai dengan masuknya senyawa A ke dalam sel melalui sel membran.Disini sudah
ada faktor-faktor yang mempengaruhi masuknya senyawa ke dalam sel. Sebagai contoh :
masuknya glukosa ke dalam sel pada semua sel kecuali sel otak sel hepar dan sel
darah merah dipengaruhi oleh insulin. Insulin meningkatkan Vmax transport glukosa ke dalam sel.
Reaksi enzimatik yang non-equilibrium
sering dipengaruhi oleh "allosteric
modifier". Pada gambar di atas reaksi B menjadi C dipengaruhi oleh A
sebagai positif allosterik dan senyawa D sebagai negatif allostrik. Dalam
reaksi ini juga digambarkan dalam bentuk aktif dan inaktif . Untuk aktifasinya
diperlukan cAMP ataupun Ca/calmodulin. Sintesa E2 yang mengkatalisis reaksi B
menjadi C pada tingkat ribosom dipengaruhi oleh kecepatan translasi mRNA.
Sedangkan produksi mRNA dipengaruhi adanya induksi ataupun suatu represi.
13.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi metabo-lisme
karbohidrat.
Pada tiap-tiap jalur metabolisme karbohidrat,
telah dibicarakan faktor-faktor yang mempe-ngaruhi kerja enzim.
Secara keseluruhan akan ditinjau dengan
singkat, terutama pengaruh keadaan kelaparan, diabetes melitus dan pada
pemberian makanan yang tinggi karbohidrat.
13.4.1 Pada keadaan kelaparan
Pada keadaan kelaparan, enzim-enzim utama dari
glikolisis, HMP shunt dan glikogenesis aktifitasnya menurun, sebaliknya
aktifitas enzim-enzim utama dari glukoneogenesis dan glikogenolisis meningkat.
Diharapkan mahasiswa meninjau kembali jalur-jalur karbohidrat terutama enzim
kunci, enzim-enzim yang dipengaruhi oleh keadaan nutrisi (dalam hal ini kadar
substrat). Perhatikan gambar-26 ! Tulislah kembali jalur demi jalur kemudian
rangkaikan semuanya.
Sebagai
petunjuk perhatikan :
-pengaruh
glukosa 6-fosfat
-pengaruh
fruktosa 1,6-bisfosfat.
-pengaruh
macam-macam kofaktor ( ATP, AMP, cAMP dll )
-enzim-enzim
kunci pada tiap-tiap jalur
-hubungan jalur satu dengan lainnya
(senyawa tertentu dari satu jalur mempengaruhi jalur yang lain).
Enzim-enzim utama glikolisis adalah :
Glukokinase,
heksokinase, fosfofruktokinase (1,2) dan piruvat kinase.
Enzim-enzim utama HMP shunt adalah:
Glukosa
6-fosfat dehidrogenase dan 6 fosfoglukonat dehidrogenase.
Enzim utama glikogenesis adalah glikogen
sintetase.
Enzim utama glikogenolisis adalah
glikogen fosforilase.
Enzim-enzim utama glukoneogenesis adalah:
Piruvat karboksilase,
fosfoenolpiruvat karboksikinase, fruktosa 1,6 bisfosfatase dan glukosa 6
fosfatase.
13.4.2 Pada keadaan Diabetes Melitus
Aktifitas enzim-enzim tersebut di atas mirip dengan
keadaan kelaparan.
13.4.2 Pada pemberian makanan tinggi karbohidrat
Pada keadaan ini terjadi yang sebaliknya, aktifitas
enzim-enzim glikolisis, HMP shunt dan glikogenesis meningkat, sedangkan
aktifitas enzim-enzim utama glukoneogenesis dan glikogenolisis menurun.
Latihan / cek lis :
1.Perhatikan paragraf 13.4.1. lakukanlah apa yang diminta !
2.Pelajari lagi enzim-enzim kunci dalam tiap-tiap jalur !
Catatan :
14. TOLERTANSI KARBOHIDRAT (CARBOHYDRATE
TOLERANCE)
14.1 Kemampuan tubuh untuk memakai karbohidrat disebut
toleransi karbohidrat Berkurangnya
kemampuan ini dinamakan Diabetes Mellitus, yang disebabkan karena sekresi
insulin relatif tidak cukup.
Test
toleransi glukosa (Glucose tolerance test) adalah suatu penentuan dimana
penderita diberi glukosa sebanyak 1,75 gr/kg berat badan setelah puasa semalam
(8-10 jam).
Darah
diambil untuk penentuan glukosa pada waktu (0) atau puasa, satu, dua, tiga,
empat sampai lima jam setelah pemberian glukosa.
Pada keadaan normal dan Diabetes Mellitus
kurvanya seperti gambar-27.
Adapun
kesimpulan yang dapat diambil dari test ini masih terdapat silang pendapat,
karena banyaknya faktor yang mempengaruhinya, seperti makanan yang dimakan
beberapa hari sebelum test, umur, keadaan emosi dan keadaan penderita pada umumnya misalnya
apakah menderita infeksi, apakah mengalami operasi.
14.2 Sebagai
petunjuk umum kriteria di bawah ini bisa dipakai sebagai acuan apabila
memungkinkan :
14.2.1 Kurva normal
berada di bawah 200 mg/100 ml pada satu jam dan di bawah 150 mg/100 ml dua jam setelah pemberian glukosa.
14.2.2 Dengan cara "scoring" atau pemberian
nilai:
14.2.2.1 Apabila glukosa puasa lebih dari 110 mg/100 ml
diberi nilai satu.
14.2.2.2 Harga satu jam lebih dari 170 mg/100 ml nilai =
1/2(setengah)
14.2.2.3 Harga dua jam lebih dari 120 mg/100 ml
nilai = 1/2(setengah)
14.2.2.4 Harga tiga jam lebih dari 110 mg/100 ml nilai =
1 (satu)
14.2.2.5 Apabila
semua nilai ini ditotal, dan didapatkan hasil dengan nilai dua atau lebih maka
ini merupakan diagnosis diabetes mellitus.
14.2.2.6 Apabila
total nilai puasa, satu, dua dan tiga jam besarnya kurang dari 500 mg/100 ml,
maka kurvanya normal.
14.2.3 Adapula yang
berpendapat bahwa kurva normal berada di bawah 160 mg/100 ml satu jam dan 120
mg/100 ml dua jam setelah pemberian glukosa.
Latihan / cek lis :
1.Apa perbedaan grafik orang normal dan diabetes mellitus
?
Catatan :
15. GLUKOSA DARAH
15.1 Glukosa
darah pada orang normal biasanya berkisar antara 50 mg - 100 mg per 100 ml,
tergantung pada makanan, waktu pengambilan darah bila dihubungkan dengan waktu
makan, aktivitas dan keadaan emosi (state of exitement).
Beberapa mekanisme dalam tubuh bekerja untuk mengatur
glukosa darah agar berada pada konsentrasi tersebut di atas. Glukosa dapat
dipakai oleh semua sel dalam tubuh. Setelah makan akan terjadi penimbunan
glukosa dalam tubuh, misalnya dalam hepar,
otot, jaringan lemak, dan terjadi peningkatan oksidasi. Sedangkan
dalam keadaan puasa ataupun keadaan darurat, akan terjadi pengambilan glukosa
dari cadangan makanan dalam tubuh, hingga glukosa darah berkisar pada konsentrasi
yang dapat ditolerir tubuh.
15.2 Sumber glukosa darah.
Glukosa darah
berasal dari :
15.2.1 Karbohidrat dalam makanan.
15.2.2 Hasil dari proses glukoneogenesis.
15.2.3 Dari pemecahan glikogen dalam hepar.
ad.15.2.1 Karbohidrat dalam makanan:
Sebagian besar karbohidrat
dalam makanan akan membentuk glukosa, galaktosa dan fruktosa yang diserap dan
masuk ke vena porta. Galaktosa dan fruktosa bisa diubah menjadi glukosa dalam
hati.
ad.15.2.2 Hasil
dari proses glukoneogenesis:
Glukoneogenesis bisa dibagi menjadi
dua yaitu:
-Yang bisa langsung diubah menjadi glukosa, seperti asam
amino dan asam propionat.
-Senyawa (metabolit) yang
merupakan hasil metabolisme parsial glukosa, yang perlu dibawa ke hati atau ke
ginjal di mana akan diubah menjadi glukosa. Sebagai contoh,asam laktat hasil
oksidasi glukosa dalam otot dan sel darah merah akan dibawa ke hati dan ginjal
untuk diubah menjadi glukosa. Glukosa yang terbentuk akan masuk ke dalam
peredaran darah untuk bisa dipakai lagi oleh jaringan. Siklus
ini disebut Cori cycle atau "lactic acid cycle" (gambar-29). Contoh
yang lain misalnya gliserol yang diperlukan untuk sintesis triasilgliserol
dalam jaringan lemak tidak bisa dipakai oleh jaringan ini, akan tetapi akan
dibawa ke hepar, dan bisa diubah menjadi glukosa.
Telah diketahui bahwa asam amino, sebagian besar alanin,
pada waktu kelaparan diangkut dari otot
menuju ke hati. Ini menyebabkan timbulnya suatu postulat akan adanya suatu
siklus glukosa-alanin, di mana terjadi suatu siklus glukosa dari hepar menuju
ke otot dan alanin dari otot menuju ke hepar yang menghasilkan hasil netto
adanya pemindahan alanin dari otot ke hepar dan "free energy" dari
hepar ke otot. "Energy" atau tenaga yang diperlukan untuk membuat
glukosa dari asam laktat berasal dari oksidasi asam lemak ( gambar-29 ).
ad.15.2.3 Dari pemecahan glikogen dalam hepar:
Telah dijelaskan dalam bab-bab sebelumnya.
Apabila kadar glukosa darah rendah, misalnya
pada keadaan puasa, maka hepar merupakan sumber utama glukosa. Ini bisa
berasal dari glikogenolisis atau glukoneogenesis. Apabila kadar glukosa darah
meningkat seperti pada waktu makan, akan terjadi pengambilan glukosa oleh
hati, dan akan terjadi glikogenesis.
Enzim-enzim yang terlibat dalam
pengaturan proses tersebut di atas telah dibicarakan dalam bab-bab yang
bersangkutan.
15.3 Pengaruh hormon pada glukosa darah
Beberapa hormon penting dalam pengaturan
glukosa darah misalnya:
15.3.1
Insulin
15.3.2
Hormon-hormon "anterior pituitary", kortikotropin dan "growth
hormon".
15.3.3 Hormon-hormon supra-renalis bagian korteks.
15.3.4.Hormon-hormon supra-renalis bagian medulla.
15.3.5
Tiroid.
ad.15.3.1
Insulin
Insulin dibuat oleh
"islet of Langerhans". Sekresi
insulin paralel dengan glukosa darah. Injeksi insulin akan menyebabkan
hipoglikemi (hypoglycemia). Beberapa senyawa dapat merangsang sekresi insulin
seperti asam amino, asam lemak bebas, "keton bodies", glukagon,
sekretin dan tolbutamid. Sedangkan epinefrin dan nor-epinefrin menghambat
sekresi insulin.
Insulin mempengaruhi pengambilan glukosa oleh
otot dan jaringan lemak, dengan meningkatkan transport glukosa melalui membran.
Pengaruh ini sulit dibuktikan dalam sel hepar.
Untuk transport glukosa melalui sel-sel hepar tidak
dipengaruhi oleh insulin, demikian juga transport glukosa melalui sel-sel
membran otak dan sel darah merah.
ad.15.3.2 "Growth
hormon" dan kortikotropin mempunyai efek yang berlawanan dengan insulin.
"Growth hormon" menurunkan pengambilan glukosa oleh jaringan
tertentu, misalnya otot. Sebagian dari pengaruh ini berjalan secara tidak
langsung, misalnya "growth hormon" menyebabkan pelepasan asam lemak
bebas oleh jaringan lemak. Sedangkan asam lemak menghambat pemakaian glukosa.
Jadi "growth hormon" menghambat pemakaian glukosa.
Pemberian "growth hormon" terus
menerus dan berlangsung lama akan menyebabkan diabetes mellitus.
Sebagian besar pengaruh
kortikotropin dalam metabolisme karbohidrat berjalan melalui hormon-hormon
korteks supra-renalis.
ad.15.3.3 Glukokortikoid.
Pemberian hormon ini menyebabkan glukoneogenesis
meningkat. Ini disebabkan karena meningkatnya katabolisme protein dalam
jaringan, "uptake" asam amino oleh hepar, aktivitas transaminase dan
enzim-enzim lainnya yang berhubungan dengan glukoneogenesis juga meningkat.
Selain dari pada itu glukokortikoid menghambat pemakaian glukosa oleh jaringan
perifer. Dalam peranannya glukokortikoid aktivitasnya berlawanan dengan kerja insulin.
ad.15.3.4 Epinefrin dan glukagon.
Epinefrin (adrenalin) disekresi kelenjar medulla
supra-renalis sebagai akibat adanya rangsangan yang bisa berupa ketakutan,
"exitement", perdarahan, hipoksia, hipoglikemi dan lain-lain, yang
menyebabkan terjadinya glikogenolisis dalam hepar dan otot. Dalam otot karena
tidak mengandung glukosa 6-fosfatase maka akan menghasilkan asam laktat. Akan
tetapi dalam hepar hasil utama glikogenolisis ini berupa glukosa yang akan
dibawa ke seluruh tubuh, di mana saja diperlukan.
Glukagon dibuat oleh
sel A dari "the islet of Langerhans" pankreas. Sekresi glukogon dirangsang
karena adanya hipoglikemi. Apabila glukagon telah mencapai hepar maka akan
menyebabkan glikogenolisis dengan cara mengaktivasi fosforilase,caranya sama
dengan epinefrin. Sebagian besar
glukagon endogen akan dibersihkan dari sirkulasi oleh hepar. Tidak seperti
halnya epinefrin yang mempunyai efek pada otot, glukagon tidak bisa
mengaktifkan fosforilase otot. Glukagon juga meningkatkan glukoneogenesis yang
berasal dari asam amino dan asam laktat. Glukoneogenesis dan glikogenolisis dalam
hepar bisa menyebabkan hiperglikemi.
ad.15.3.5 Tiroid.
Hormon tiroid juga harus dimasukkan sebagai salah satu
hormon yang mempengaruhi glukosa darah. Ada bukti yang menunjukkan bahwa hormon
tiroid mempunyai efek diabetogenik dan tiroidektomi bisa menghambat terjadinya
diabetes millitus. Pada binatang dengan tirotoksikosis dalam heparnya tidak
didapatkan glikogen. Pada manusia glukosa puasa meningkat pada penderita hipertiroid,
sedangkan pada penderita hipotiroid menurun. Akan tetapi pada hipertiroid
kelihatannya pemakaian glukosa tetap normal atau bahkan meningkat, sedangkan
pada penderita hipotiroid kemampuan memanfaatkan glukosa menurun! Pada
hipotiroid jaringan kurang sensitif terhadap insulin bila dibandingkan dengan
orang normal atau hipertiroid.
15.4 Peran ginjal dalam kontrol kadar glukosa darah
Ginjal juga mempunyai peran dalam mengatur
kadar glukosa darah, terutama pada waktu kadar glukosa darah meningkat.
Glukosa dapat melalui filter glomeruli, tapi biasanya
direabsorpsi kembali dan masuk ke dalam peredaran darah. Proses reabsorpsi
kembali ini merupakan transport berbantuan (facilitated diffusion), yang dapat
dipengaruhi oleh insulin. Apabila kadar glukosa darah meningkat, demikian juga glukosa yang melalui
filter glumeruli juga meningkat, keadaan ini merangsang sekresi insulin.
Insulin dapat meningkatkan V max transport (lihat enzim).
Insulin juga dapat meningkatkan kadar cGMP dalam sel
tubulus yang bertindak sebagai mediator insulin untuk mempengaruhi enzim-enzim
yang berada di bawah pengaruhnya.
Kapasitas
sistim tubulus untuk mengabsorpsi kembali glukosa terbatas pada kecepatan kira-kira 350 mg/
menit. Apabila kadar glukosa darah meningkat tinggi, glukosa dalam lumen
tubulus keadaannya lebih tinggi dari kemampuan untuk mengabsorpsi kembali,
sehingga glukosa akan didapatkan dalam urine. Keadaan ini disebut glukosuria.
Pada orang normal glukosuria akan terjadi apabila kadar glukosa darah vena
melebihi 170 - 180 mg/ dl. Kadar glukosa darah vena ini disebut glukosa
"renal threshold".
Pada binatang percobaan, glukosuria dapat dibuat dengan
memberikan phlorhizin. Senyawa ini
dapat menghambat reabsorpsi glukosa dalam tubulus. Keadaan ini dikenal dengan
nama renal glukosuria.
Glukosuria yang disebabkan karena kelainan ginjal dapat
diturunkan, tapi bisa juga akibat menderita
suatu penyakit.
Latihan / cek lis :
1.Apa saja yang dapat mempengaruhi kadar glukosa darah ?
2.Tulislah rangkaian reaksi mulai dari kadar glukosa
darah turun hingga terbentuknya glukosa !
Tip : Kadar
glukosa darah turun hormon glukagon disekresi pankreas, mengaktifkan adenilil
sikalse
dan seterusnya.
3.Terangkan cara kerja tiap-tiap hormon dalm hubungannya
dengan metabolisme Karbohidrat !
(Untuk saat ini
tioksin tidak perlu, karena mungkin masih membingungkan)
Catatan :
16. KEGUNAAN DALAM BIDANG BIOMEDIS
Pengetahuan
mengenai metabolisme dalam tubuh manusia/binatang sangat diperlukan untuk
mengerti bagaimana mekanisme terjadinya penyakit. Termasuk metabolisme yang
normal adalah peristiwa adaptasi terhadap lingkungan, misalnya kelaparan yang
tidak berkepanjangan, olah raga, kehamilan dan menyusui. Akan tetapi kekurangan
bahan makanan tertentu ( nutritional deficiency ) termasuk metabolisme
abnormal, demikian pula kekurangan enzim atau karena sekresi hormon yang tidak
normal. Contoh yang paling menarik untuk dikaji adalah penyakit diabetes mellitus.
Metabolisme
glukosa dimulai dengan glikolisis. Jalur ini bukan hanya merupakan jalur utama
metabolisme glukosa, namun juga bisa dipakai untuk metabolisme fruktosa dan
galaktosa. Peristiwa penting yang perlu diperhatikan adalah dengan adanya jalur
ini otot bisa menghasilkan energi biarpun dalam keadaan kekurangan oksigen, sehingga
dengan demikian kita bisa lari cepat melampaui kemampuan tubuh menyediakan
oksigen. Akan tetapi atot jantung, karena terbiasa dengan keadaan yang kaya
oksigen tidak mampu bertahan dalam keadaan kekurangan oksigen (iskemi). Dengan
demikian jalur glikolisis anerobik tidak bisa berbuat banyak.
Kekurangan
enzim piruvat kinase dapat terjadi dalam suatu penyakit tertentu, biasanya
gejala kliniknya terlihat dengan adanya hemolitik anemia. Dalam tumor yang
ganas, jalur glikolisis sangat aktif melebihi kemampuan siklus asam sitrat
untuk memanfaatkan asam piruvat. Kelebihan asam piruvat ini akan diubah menjadi
asam laktat. Dengan demikian dalam tumor ganas akan terjadi suasana asam, dan
hal ini akan lebih menguntungkan pertumbuhan tumor selanjutnya. Dengan demikian
bisa dipikirkan pola pengobatan dengan suasana yang lain. Produksi asam laktat
yang berlebihan dapat pula terjadi apabila kekurangan enzim piruvat dehidrogenase
ataupun kekurangan vitamin B1.
Cadangan
glikogen dalam otot hanya bisa dipakai oleh otot itu sendiri, sedangkan
glikogen hepar bisa berfungsi sebagai sumber glukosa untuk keperluan organ
lainnya, termasuk otak. Dibawah kadar gula tertentu fungsi otak akan terganggu.
Apabila seseorang mengalami hipoglikemi berat, maka bisa terjadi koma bahkan
dapat meninggal dunia. Kelainan-kelainan penimbunan glikogen merupakan penyakit yang
diturunkan. Pada penyakit ini terjadi penimbunan glikogen dalam bentuk yang
tidak normal, dan mobilitas glikogen mengalami kelambatan, sehingga bisa
terjadi kelemahan otot bahkan penderita tersebut bisa meninggal dunia. Selain
dari kelainan penimbunan glikogen yang telah diterangkan dalam bab glikogen
(ada 8 macam), kekurangan enzim adenilil siklase dan "cAMP-dependent
protein kinase" telah pula dilaporkan.
Dalam keadaan
tertentu di mana sebagian besar kebutuhan kalori dapat dipenuhi dengan adanya
senyawa lemak, namun kebutuhan minimal akan glukosa mutlak diperlukan.
Glukoneogenesis memenuhi keperluan ini. Dalam tubuh glukosa juga diperlukan
untuk membuat galaktose bagi seorang ibu yang sedang menyusui, ataupun
diperlukan oleh fetus dalam kandungan.
Glukoneogenesis juga berfungsi untuk membersihkan tubuh dari asam laktat yang
diproduksi oleh otot dan eritrosit dan bisa memanfaatkan gliserol yang dibuat
oleh jaringan lemak. Asam propionat dihasilkan dalam pencernaan binatang yang
tergolong ruminan. Senyawa ini merupakan bahan baku yang paling penting bagi
jalur glukoneogenessis.
Kekurangan
enzim tertentu dari jalur pentosa fosfat merupakan penyebab utama penyakit
hemolisis sel darah merah. Kekurangan enzim glukosa 6-fosfat dehidrogenase
adalah penyebab yang paling sering diantara hemolisis anemi. Kira-kira 100 juta
penduduk dunia menderita pe-nyakit yang diturunkan ini, yaitu rendahnya kadar
enzim glukosa 6-fosfat dehidrogenase. Jalur-jalur utama pemakaian glukosa
adalah glikolisis dan pentosa fosfat. Jalur lainnya yang tidak kalah pentingnya
biarpun jumlah pemakaian glukosanya sedikit adalah jalur asam uronat. Jalur ini
menghasilkan asam glukoronat yang diperlukan untuk ekskresi metabolit ataupun
zat kimia asing (xenobiotics). Kekurangan enzim tertentu dalam jalur ini bisa
menyebabkan essensial pentosuria. Tidak adanya suatu enzim dalam tubuh primata
menyebabkan spesises ini (termasuk manusia) membutuhkan vitamin C (asam
askorbat) dalam makanan. Fruktosa bisa dipakai sebagai infus pengganti glukosa,
namun apabila diberikan dalam dosis tinggi bisa menyebabkan kekurangan adenin
nukleotida dalam hepar dan mungkin juga bisa menyebabkan nekrosis hati.
INFORMASI TAMBAHAN.
GLIKOGENIN.
Glikogenin adalah suatu protein ( M. 37284 ) yang bertindak sebagai
"primer" dimana glukosa pertama terikat. Selain itu glikogenin juga
bisa berfungsi sebagai enzim yang mengkatalisis pembentukan suatu "nascent
glikogen" suatu polisakarida terdiri dari 8 residu glukosa.
"Nascent" glikogen adalah glikogen pertama yang terbentuk dalam tubuh
(Lehninger AL, 1993) .
REGULASI METABOLISME GLIKOGEN.
Metabolisme glikogen bisa dipengaruhi oleh
perubahan kadar ATP maupun AMP.
Apabila kadar ATP menurun,
terutama dalam keadaan anaerob menyebabkan berkurangnya aktivasi glikogen
sintase, pada waktu yang sama akan mengurangi hambatannya terhadap fosfforilase.
Selain itu pada keadaan yang sama AMP meningkat. Meningkatnya AMP akan
mengaktifkan fosforilase. Dengan menurunnya aktivitas glikogen sintase dan
meningkatnya aktivitas fosforilase maka glukose-1-fosfat terbentuk yang
selanjutnya akan dirubah menjadi glukosa-6-fosfat. Ini merupakan substrat untuk
glikolisis. Dengan ini otot bisa terus bekerja untuk sementara (dalam keadaan
anaerobik) dengan menggunakan ATP yang diproduksi dari glikolisis.
Dalam keadaan anaerob, otot tertentu
dapat memobilisasi glikogen tanpa adanya perubahan fosforilase b menjadi
fosforilase a, atau adanya perobahan glikogen sintase a menjadi glikogen
sintase b.
MEKANISME KERJA EPINEPHRIN TERHADAP GLIKOGENOLISIS.
Epinephrin dapat merangsang glikogenolisis dalam hepar degan tiga cara :
1.epinefrin menyebabkan
pelepasan glukagon. Selanjutnya glukagon akan mengaktifkan enzim adenelil
siklase dan seterusnya.
2.lewat beta adrenergik
reseptor, selanjutnya lewat adenilil siklase
3.lewat alfa adrenergik reseptor
pada membrana sel hepar. Selanjutnya akan terjadi pembentukan inositol 1,4,5
trifosfat (IP3) dan diasil gliserol. IP3 menyebabkan pelepasan Ca++
dari endoplsmik retikulum (ER). Ca++ ini akan mengaktifkan
fosforilase kinase.
Fosfolipase C bekerja pada
fosfatidil inositol 4,5 bisfosfat akan menghasilkan 1,2 diasil gliserol dan
inositol 1,4,5 trifosfat (Devlin TM, 1992).
17.DAFTAR KEPUSTAKAAN
1.Bondy P.K. and
Rosenberg L.E. : Duncan 's
Diseases of Metabolism Genetic Metabolism and Endocrino-logy. Seventh Ed. Asian
Ed. W.B. Saunder Comp. Igaku Shoin Ltd. Tokyo
1974. pp 245 - 250.
2.Devlin
T.M. : Texbook of Biochemistry with Clinical correlation. Third Ed. John Wiley
&
Son
Pub. Singapore .
1992. pp 351, 1077 - 1081
3.Lehninger
A.L., Nelson D.L and Cox M.M : Principles of Biochemistry. Second Ed. Worth
Publ. Inc. New York .
1993. pp 298, 598-599
5.Murry R.M.,
Granner D.K., and Rodwell V.W.: Harper's
Biochemistry. Twenty-seventh Editions. Appleton & Lance. Englewood Cliffs. New Jersey . USA . 2006. pp 132 - 144, 151- 186.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar