Selasa, 25 Desember 2012

FISIOLOGI CEDERA MEMAR PADA AKTIVITAS OLAHRAGA


DAFTAR ISI


BAB I. PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah............................................................................1
B.     Rumusan Masalah....................................................................................2
C.     Tujuan....................................................................................................2
D.    Manfaat Penulisan....................................................................................2
BAB II. PEMBAHASAN
A.    Pengertian Fsiologi dan Fisiologi Olahraga.................................................3
B.     Pengertian Cedera....................................................................................4
C.     Proses Peradangan....................................................................................5
D.    Struktur Kulit Manusia.............................................................................5
E.     Fisiologi Memar (Kontusio)......................................................................8
F.      Penanganan Cedera Memar ......................................................................11
BAB IV. PENUTUP
A.    Kesimpulan.............................................................................................16
B.     Saran.....................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA










BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar BelakangMasalah
Aktivitas olahraga merupakan aktivitas fisik yang melibatkan otot- otot besar. Aktivitas olahraga sudah menjadi gaya hidup yang banyak digemari seluruh komponen masyarakat baik orangtua, remaja, ataupun anak-anak.
Dalam aktivitas olahraga sering terjadi kontak fisik baik dengan alat olahraga atau dengan lawan dalam suatu permainan olahraga.Dalam aktivitas kontak fisik tersebut sering menimbulkan cedera.Tidak dipungkiri bahwa cedera tidak hanya terjadi pada aktivitas olahraga saja tetapi aktivitas sehari-hari.Cedera yang sering timbul dari aktivitas kontak fisik adalah terjadinya memar.
     Memar adalah suatu keadaan dimana terjadi pengumpulan darah dalam jaringan yang terjadi sewaktu orang masih hidup, dikarenaakan pecahnya pembuluh darah kapiler akibat kekerasan benda tumpul.(Idris, 1997). Terjadinya memar biasanya disebabkan karena benturan benda tumpul pada jaringan kulit sehngga jaringan tersebut mengalami kerusakan.
    Berdasarkan survei menurut data dari Akademi Bedah Ortopedi Amerika(dikutip dari Yustinus Sukarmin 2005:15), sekitar 95 persen cedera olahraga yang dialami anak-anak meliputi luka iris, lecet, memar, cedera otot, dan beberapa kondisi serupa.
Dari hasil survei tersebut terjadinya cedera memar cukup tinggi.Mengetahui  respon tubuh ketika terjadinya cedera memar sangatlah perlu bagi setiap pelaku olahraga agar dapat ditangani dengan baik ketika terjadi cedera memar.
Disusunya makalah ini tentang fisiologi terjadinya memar pada aktivitas olahraga agar memberi pengetahuan tentang respon tubuh terhadap cedera memar agar memberi pengatahuan kepada mahasiswa Pendidikan Jasmani dalam Pencegahan dan Perawatan Cedera.
B.     Rumusan Masalah
    Dari latar belakang diatas, permasalahan yang akan kami bahas adalah bagaimana fisiologi yang terjadi pada cedera memar.
C.    Tujuan
a. Subyektif
Untuk memenuhi tugas tengah semester matakuliah Perawatan dan Pencegahan Cedera.
b. Obyektif
Untuk memberikan pengetahuan kepada mahasiswa Pendidikan Jasmani  mengetahui bagaimana Fisiologi yang terjadi pada Cedera Memar.
D.    Manfaat Penulisan
Dalam makalah ini kita dapat mengetahui secara Fisilogis terjadinya Cedera Memar.














BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Fisiologi dan Fisiologi Olahraga
    Secara Harafiah, fisiologi dari kata Yunani physis = 'alam' dan logos = 'cerita', adalah ilmu yang mempelajari fungsi mekanik, fisik, dan biokimia dari makhluk hidup. Hal senada juga ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang mendefinisikan fisiologi sebagai cabang biologi yang berkaitan dengan fungsi dan kegiatan kehidupan atau zat hidup (organ, jaringan, atau sel).Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari fungsi organisme tubuh secara keseluruhan dan bagian-bagiannya (deVries, A.H. 1986). Dari pengertian diatas dapat kami simpulkan bahwa fisiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang fungsi tubuh, sistematika didalam tubuh  dan reaksi  yang terjadi dalam tubuh secara keseluruhan dan bagian-bagiannya.
Fisiologi olahraga adalah bagian atau cabang dari fisiologi yang khusus mempelajari perubahan fungsi yang disebabkan oleh latihan fisik. Didalam fisiologi olahraga ini, kita mempelajari apa yang terjadi terhadap fungsi tubuh apabila seseorang melakukan latihan tunggal  dan bagaimana perubahan fungsi itu dapat terjadi. (Drs. Junusul Hairy, M.S, Fisiologi Olahraga jilid 1,1989:3).
    Fisiologi olahraga menurut George A brooks dan Thomas D Fahey (1984) adalah cabang dari fisiologi olahraga yang berhubungan dengan latihan, adanya respon fisiologis tertentu terhadap latihan yang tergantung kepada intensitas latihan, durasi, (lamanya latihan), frekuensi latihan, keadaan lingkungan dan status fisiologi individu.
Sebetulnya masih banyak lagi pendapat lainnya, namun kedua definisi tersebut dianggap sudah cukup untuk memenuhi maksud penulisan ini.Dari pendapat kedua ahli tersebut dapat disimpulakn bahwa fisiologi olahraga merupakan ilmu yang menerangkan perubahan fungsi yang disebabkan oleh latihan tunggal atau latihan secara berulang-ulang dengan tujuan untuk meningkatkan respon fisiologis terhadap intensitas, durasi, frekuensi latihan, keadaan lingkungan, dan status fisiologis individu.
B.     Pengertian Cedera
Cedera sering terjadi ketika seseorang melakukan suatu aktivitas baik dalam olahraga taupun aktivitas sehari-hari.Cedera itu sendiri dapat disebabkan karena terjadi benturan, goresan, sayatan, ataupun tusukkan yang mengakibatkan peradangan pada daerah lokasi terjadinya cedera.Menurut Drs. Andun Sudijandoko M.Kes.dalam bukunya yang berjudul Pencegahan dan Perawatan Cedera (2000:3) mendefinisikan cedera sebagai suatu akibat daripada gaya-gaya yang bekerja pada tubuh atau sebagian daripada tubuh dimana melampaui kemampuan tubuh untuk mengatasinya, gaya-gaya ini bisa berlangsung cepat atau dalam jangka lama.
      Setelah terjadinya cedera maka tubuh akan merespon secara fisiologis sehingga terjadi peradangan pada daerah yang mengalami cedera. Menurut John Gibson dalam bukunya yang berjudul Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat Edisi 2. EGC. Jakarta. (1981: 322) tubuh berupaya memulihkan kerusakan jaringan dan organ kmebali menjadi struktur dan fungsi yang normal degan cara :
a.       Membuang sel yang sangant rusak sehingga tidak dapat berfungsi kembali.
b.      Menggantinya dengan sel baru.
Pembuangan sel-sel yang rusak dilakukan oleh makrofag dan sel fagosit lain, yaitu sel yang berfungsi untuk menyerap sel mati atau rusak dan patikel kecil benda asing kedalamnua dan menghancurkan sel atau parikel tersebut.

C.    Proses Peradangan
Menurut Dorland’s Pocket Medical Dictionary (1898:324), Radang atau inflamasi adalah respon protektif setempat yang ditimbulkan oleh cedera atau kerusakan jaringan, yang berfungsi menghancurkan, mengurangi, atau mengurung baik agen pencedera maupun jaringan yang cedera itu.
Proses peradangan terjadi sebagai mekanisme perlindungan dimana tubuh berusaha mentralisir dan membasmi agen-agen yang berbahaya pada tempat yang mengalami cedera untuk melakukan perbaikan jaringan. Peradangan memiliki hubungan dengan infeksi namun arti dari radang dan infeksi tersebut tidak memiliki arti yang sama. Infeksi disebabkan oleh mikroorganisme dan menyebabkan radang, tetapi tidak semua radang disebabkan karena infeksi. Apabila jaringan cedera misalnya karena terbakar, teriris atau karena infeksi kuman, maka pada jaringan ini akan terjadi rangkaian reaksi yang memusnahkan agen yang membahayakan jaringan atau yang mencegah agen menyebar lebih luas. Reaksi-reaksi ini kemudian juga menyebabkan jaringan yang cedera diperbaiki atau diganti dengan jaringan baru. Rangkaian reaksi ini disebut radang (Rukmono, 1973).
D.    Struktur Kulit Manusia
Kulit adalah jaringan yang yang membungkus tubuh dan merupakan organ terbesar dari tubuh..Secara normal, struktur kulit manusia terbagi dalam 3 lapisan yaitu lapisan epidermis, lapisan dermis dan lapisan subkutan.
Gambar 1. Struktur Jaringan Kulit Manusia(http://www.sentra-edukasi.com/2011/08/struktur-fungsi-kulit-manusia.html)
a.       Epidermis
Epidermis merupakan lapisan kulit normal yang berada paling luar, secara mudah kita menyebutnya sebagai kulit ari.Lapisan ini mempunyai ketebalan sekitar 0.1 milimeter, kecuali pada bagian telapak yang bertekstur lebih tebal. Bagian kulit ini selalu beregenerasi dalam siklus tertentu, sehingga sel yang mati akan berganti dengan sel yang baru.Proses ini berlangsung dalam waktu 3 hingga 4 minggu. Epidermis juga memiliki lapisan-lapisan tersendiri sejumlah 4 lapisan yaitu basal, malpighi, granular, dan lapisan tanduk. Lapisan epidermis mempunyai peranan yang sangat penting bagi tubuh, antara lain terdapatnya sel yang memproduksi melanin sehingga tubuh terlindungi dari sinar matahari dan memproduksi keratin yang berfungsi mencegah dehidrasi, mengeraskan kuku dan mengusir mikroorganisme jahat. Di sini terdapat pula sel-sel kulit yang mengandung pigmen yang memberi warna pada kulit.( Juanda A., 2007 : 7-8)
b.      Dermis
Lapisan dermis merupakan lapisan kedua dibawah epidermis yang terdapat dalam struktur kulit.dermis bertekstur 4 kali lebih tebal dibandingkan epidermis. Pada kulit normal, dermis terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan atas atau pars papillaris dan lapisan bawah atau pars reticularis. Pada lapisan atas terdapat sel fibroblast yang memproduksi kolagen yang memberikan kelembaban alami pada kulit.Sementara lapisan bawah mengandung syaraf, rambut, pembuluh darah, dan kelenjar subaktus.Selain itu, di lapisan inilah terdapat kelenjar keringat yang berfungsi untuk mengatur suhu tubuh dengan mengeluarkan cairan yang berupa keringat yang banyak mengandung garam.Folikel rambut merupakan kantong yang mengelilingi akar rambut. Dari folikel ini akan tumbuh rambut yang berwarna hitam. Warna hitam pada rambut disebabkan oleh adanya melanin.(Leeson, Leeson Paparo :2007)
Kelenjar minyak berfungsi menghasilkan minyak untuk mencegah kekeringan kulit dan rambut, selain itu juga melindungi kulit dari bakteri. Kulit yang mempunyai jaringan lemak (jaringan adipose), dapat berfungsi sebagai tempat penyimpanan makanan cadangan.( Buku Ajar Histologi, 2007)
c.       Subkutan
Lapisan subkutan adalah lapisan paling dalam pada struktur kulit.Pada lapisan kulit ini terdapat syaraf, pembuluh darah dan limfe.Di lapisan ini juga terdapat banyak sel liposit yang memproduksi jaringan lemak yang menjadi pelapis antara kulit dengan organ dalam seperti tulang dan otot.Selain itu, lemak yang terdapat pada lapisan ini berfungsi sebagai stok energi tubuh yang siap dibakar pada saat diperlukan.Lapisan lemak ini juga yang membentuk postur tubuh seseorang dan memberikan kehangatan pada tubuh.( Brunner& Suddarth, 2002)
E.     Fisiologi Memar (Kontusio)
Cedera memar merupakan cedera yang paling sering terjadi pada aktivitas olahraga maupun aktivitas sehari-hari. Cedera memar biasanya terlihat pada peermukaan kulit yang terkena benturan benda tumpul dengan warna memar yang khas yaitu biru keunguan. Memar adalah cedera yang disebabkan oleh benturan atau pukulan pada kulit.Jaringan di bawah permukaan kulit rusak dan pembuluh darah kecil pecah, sehingga darah dan cairan seluler merembes ke jaringan sekitarnya. (Morgan, 1993: 63).
     Menurut Dr. C K Giam dan Dr.  K C Teh. Di dalam bukunya yang berjudul Ilmu Kedokteran Olahraga (1993:191) Kontusio disebabkan karena suatu pukulan langsung pada kulit dan hanya mnyebabkan lecet pada kulit (menimbulkan daerah kebiru-biruan atau kehitaman) atau jaringan jaringan dibawahnya misanya otot. Bila terdapat pendarahan yang cukup, timbulnya pendarahan di daerah yang terbatas disebut hematoma.
Cedera ini disebabkan karena tubrukan dengan oranglain  atau dengan suatu benda. Korban biasanya dapat menunjukan tempat cedera. Bila kontusio terjadi didaerah otot, ototnya dapat mengalami kram. Bila serabut serabut otot robek maka terjadi apa yang disebut strain otot.
     Memar merupakan suatu perdarahan daerah dibawah kulit/kutis akibat pecahnya kapiler dan vena, yang disebabakan kekerasan benada tumpul. Luka memar kadangkala memberikan petunjuk tentang bentuk benda penyebabnya, misalnya jejas ban yang sebenarnya adalah perdarahan tepi. (Budiyanto A., 1997)
Gambar 1.Perbedaan permukaan kulit yang tidak mengalami memar dan mengalami memar. (http://www.google.co.id/search?q=gambar+struktur+kulit&hl skincareabout.org)
Terjadinya luka memar biasanya diawali oleh adanya suatu benturan / kekerasan dengan energi yang cukup untuk mengganggu permeabilitas sel-sel pembuluh darah sehingga terjadi pembengkakan di sekitar daerah tubuh yang terkena benturan. Pembengkakan ini ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstsial.Mula-mula pembengkakan timbul warna merah kebiruan lalu warnanya berubah menjadi biru kehitaman pada hari ke-1 sampai hari ke-3.Setelah itu warnanya berubah menjadi biru kehijauan kemudian coklat.Warna menghilang pada minggu pertama sampai minggu ke-4.(Dr. C K Giam dan Dr. K C Teh, 1993 : 109)
Proses perubahan struktur jaringan diatas yang sering disebut sebagai proses peradangan (inflamasi) memiliki beberapa variasi tergantung lokasi dan struktur jaringan disekitar luka memar. Apabila terjadi pada daerah jaringan ikatlonggar (mata, leher, atau pada lansia) maka luka memar yang tampak seringkali tidak sebanding dengan kekerasan, dalam arti lebih luas.Di kutip dari Peggalih Mahardika Herlambang (2008 : 6) Ada 4 faktor yang mempermudah terjadinya luka memar (contusion), yaitu:
1.      Jaringan lemak yang berada dibawah jaringan subkutan.
2.      Kulit (epidermis) yang tipis.
3. Wanita lebih mudah mengalami luka memardaripada laki-laki.
4. Penyakit, seperti defisiensi vitamin K, penyakit kronis, hemophilia (penyakit perdarahan yang tidak dapat membeku) dan lain-lain.
Proses inflamasi yang terjadi  pada daerah memar menyebabakan pergerakan makrofag. Makrofag adalah sel darah putih dalam jaringan. Kemudian makrofag akan menfagosit eritrosit pada daerah memar tersebut.
                                   
            Gambar 3. Mekanika Pembekakan

Memar ini menimbulkan daerah kebiru-biruan atau kehitaman pada kulit.Bila terjadi pendarahan yang cukup, timbulnya pendarahan didaerah yang terbatas disebut hematoma (Hartono Satmoko, 1993:191).
Letak, ukuran, luas luka memar dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti besarnya kekerasan, jenis benda penyebab memar, kondisi dan jenis jaringan, usia, jenis kelamin, corak dan warna kulit, kerapuhan pembuluh darah, penyakit defisiensi vitamin K dan lain sebagainya. ( Budiayanto A., 1997).
     Umur luka memar dapat secara kasar dapat diperkirakan melalui perubahan warnanya. Pada saat timbul atau pertama kali muncul, memar berwarna merah, hal ini disebabkan karena terjadinya perdarahan didalam kulit karena pecahnya pembuluh darah,kemudian berubah menjadi warna ungu atau hitam, yang dikarenakan metabolisme hemoglobin dalam sel yang dihasilkan oleh Hemosiderin, Biliversin dan Hematoidin,yang merupakan  cadangan zat besi dalam tubuh yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin. Setelah 4 sampai 5 hari memar akan berwarna hijau, yang kemudian akan berubah menjadi warna kuning setelah 7 sampai 10 hari, dan akhirnya menghilang setelah 14 sampai 15 hari.( Budiyanto A., 1997).
     Menurut Dr. dr. Purwantyastuti M.SC SpFK dan  dr. Kartono Muhammad, ukuran memar menandakan besarnya perdarahan sedangkan warna menandakan waktu perdarahan itu terjadi. Jika warnanya biru berarti baru saja terjadi, namun jika agak kekuningan berarti sudah agak lama. Masalah sakit tidaknya memar tergantung pada sensitivitas tubuh kita sendiri.
F.     Penangan Cedera Memar
Memar sering terjadi ketika kita berolahraga yang menggunakan aktivitas kontak fisik secara langsung seperti olahraga sepak bola atau beladiri, selain itu dapat juga disebabkan Karena benturan benda tumpul yang mengenai permukaan kulit dengan cukup keras sehingga mengakibatkan pecahnya pembuluh darah kapiler (pembuluh darah kecil) menjadi robek, dan darah yang keluar akan menempati daerah sekitar di bawah kulit. Darah yang terperangkap itu, mula-mula akan memberikan tanda merah pada kulit atau keunguan dengan sedikit rasa nyeri dan lunak jika ditekan.
Penanganan cedera menurut dr. Hardianto Wibowo dalam bukunya (1995:16) ada 4 tahap yaitu :
a.       Tahap segera setelah terjadinya cedera (0- 24 jam s/d 36 jam).
Tahap penanganannya dengan metode RICE. Metode RICE dalam penanganan cedera memar dengan tahapan sebagai berikut :
1.      (R) Rest
Artinya penderita cedera memar tersebut di istirahatkan dari aktivitas olahraganya atau aktivitas fisik lainnya.Hal ini bertujuan agar tidak terjadi kerusakan jaringan yang mengalami cedera lebih lanjut atau bertambah parah cedera yang dialami oleh penderita cedera.Istirahat sangat berarti untuk menghimpun tenaga ataupun mengistirahatkan tubuh. Istirahat akan meminimalkan nyeri yang di derita, mengurangi pembengkakan, menghindari gerakan yang tidak diperbolehkan dan menjaga sistem otot (muscular), sendi dan rangka (tulang), yang terlibat. Lebih jelasnya tidak melakukan kegiatan yang melibatkan bagian yang cedera terlebih dahulu.
2.      I (Ice)
Pemberian es atau sesuatu yang bersifat dingin dalam penanganan cedera bertujuan agar mengurangi pembengkakan pada cedera dan mengurangi rasa sakit. Secara fisiologis ketika terjadi cedera berarti dalam jaringan tubuh yang terkena cedera akan megnalami pelebaran pembuluh darah atau vasodilatasi pada pembuluh darah, untuk mengurangi terjadinya pembesaran pembuluh darah tersebut maka diberikan kompres dingin agar pembuluh darah tersebut menjadi menyempit atau vasokontriksi. Dengan adanya penyempitan pembuluh darah maka akan disertai dengan menurunya aktualitas bengkak dan nyeri pada daerah yang megnalami cedera. Es dapat mengurangi nyeri karena es bersifat analgetik bila dipakaikan ke bagian tubuh secara kontak langsung yang mana jaringan yang dipakaikan akan menjadi tebal (seperti di bius atau di anasthesi). Pengecualian pemakaian medium es adalah bila adanya luka terbuka pada cedera. Pengaplikasian cara ini dapat dengan cara kompres es (kontak langsung – tidak lebih dari 10 menit) atau dengan cloride ethyl spray (vapocoolant spray).
3.      C (Compression)
Compression merupakan tindakan pembalutan pada lokasi cedera dengan alat perban atau bandage untuk menghindari penumpukan cairan yang disebabkan oleh pembengkakan. Selain untuk menghindari pembengkakan metode kompresi dapat juga sebagai penyangga atau peng-fiksasi gerakan extremitas yang cedera agar tidak bergerak sehingga tidak meluasnya jaringan yang rusak karena cedera.
Tindakan compression ini menggunakan balut tekan. Definisi Balut tekan menurut dr. Hardianto Wibowo (1995:17) adalah suatu ikatan yang terbuat dari bahan yang elastis. Bahan perbannya disebut elastis perban/e elastis bandage/ tensiokrep/ atau benda lain yang sejenis.
Dalam melakukan pembalutan juga perlu memperhatikan tingkat kekencangannya, jika ikatan terseubt terlalu kencang, maka pembuluh darah arteri tidak bisa mengalirkan darah kebagian distal ikatan. Hal ini akan menyebabkan kemaitan dari jaringan-jaringan disebelah distal ikatan.
Ikatan yang terlalu kencang dapat diketahui bila :
1)      Denyut nadi bagian distal terhenti/tak terasa.
2)      Cedera semakin membengkak.
3)      Si penderita mengeluh kesakitan.
4)      Warna kulit pucat kebiru-biruan.
4.      E (Elevation)
Elevation atau elevasi merupakan tindakan meninggikan posisi atau mengubah posisi ke yang lebih tinggi dari posisi jantung sehingga terjadi aliran kebawah yang akan memfasilitasi pembuluh darah balik dalam bekerja. Pembekakan di extremitas  atau anggota gerak biasanya terjadi kerena tidak lancarnya pembuluh darah balik tersebut. Untuk mengurangi pembengkakan atau menghindari pembengkakan yang lama untuk itu dilakukan elevasi extremitas.                  
            Gambar 4. Tindakan meninggikan pada Lokasi Cedera
              (drdjebrut.wordpress.com)
b.      Tahap setelah cedera 24 sampai dengan 36 jam
      Setelah dijelaskan tentang metode RICE pada tahap pertama, sekarang kita sampai pada penangan tahap kedua yaitu pemberian kompres panas atau heat treatment.
Tahap ini diberika dalam waktu 24 sampai 36 jam setelah cedera terjadi atau sbagian yang cedera sudah hampir sembuh dan dapat digerakan lagi. 9 hampir normal).
     Tujuan dari pemberian heat treatment adalah mecerai beraikan traumatic effusion (cairan plasma darah yang keluar dan masuk disekitar tempat yang cedera), hingga mudah diangkut oleh pembuluh darah balik dan limfe. Selain itu memperlancar proses penyembuhan dan dapat mengurangi rasa sakit karena kejang otot
(kekauan otot).
    Hal yang harus diperhatikan adalah  bahwa kompres panas jangan sekali-kali diberikan pada waktu baru terjadi cedera hal ini akan berakibat menambah perdarahan serta pembengkakan. Pemberian kompres panas ini intervalnya 20-30 menit.
c.       Jika bagian yang cedera dapat digunakan dan hampir normal.
    Tindakannya adalah membiasakan jaringan yang cedera tanpa menggunakan alat bantu seperti balut tekan atau decker.
    Otot-otot disekitar cedera, harus mulai dilatih, demikian pula gerakan-gerakan pada persendian, tentu saja latihan dimulai dengan gerakan-gerakan yang bersifat pasif, kemudian menjadi gerakan aktif.
d.      Jika bagian yang cedera sudah sembuh dan latihan dapat dimulai.
     Memulai latihan kembali bagian yang mengalami cedera untuk mempersiapkan agar kuat terhada tekanan-tekanan dan tarikan-tarikan yang terdapat pada aktivitas olahraga yang akan dilakukan.


BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Cedera sering terjadi ketika seseorang melakukan suatu aktivitas baik dalam olahraga taupun aktivitas sehari-hari.Cedera itu sendiri dapat disebabkan karena terjadi benturan, goresan, sayatan, ataupun tusukkan yang mengakibatkan peradangan pada daerah lokasi terjadinya cedera.
Kasus cedera yang paling banyak terjadi, biasanya dilakukan para pemula yang biasanya terlalu berambisi menyelesaikan target latihan atau ingin meningkatkan tahap latihan
 Cedera yang sering terjadi baikdalam aktivitas sehari-hari atau dalam aktivitas olahraga adalah memar. Menurut Dr. C K Giam dan Dr.  K C Teh. Di dalam bukunya yang berjudul Ilmu Kedokteran Olahraga (1993:191) Kontusio atau memar disebabkan karena suatu pukulan langsung pada kulit dan hanya mnyebabkan lecet pada kulit (menimbulkan daerah kebiru-biruan atau kehitaman) atau jaringan jaringan dibawahnya misanya otot. Bila terdapat pendarahan yang cukup, timbulnya pendarahan di daerah yang terbatas disebut hematoma.
      Salah satu penanganan cedera memar dapat dengan menggunakan metode RICE, yaitu Rest (Istirahat), Ice (Pemberian Es/sesuatu yang bersifat dingin, Compression (Penekanan atau pembalutan) dan Elevation (Meninggikan bagian yang cedera) .
B.     Saran
Cedera dapat terjadi pada siapa saja baik dalam aktivitas olahraga ataupun dala aktivitas sehari-hari. Mengetahui respon tubuh terhadap terjadinya cedera secara fisiologis sangatlah penting diketahui agar dapat menentukan langkah penanganan lebih lanjut terhadap terjadinya cedera tersebut.
Dari pembahasan tentang fisiologi terjadinya memar pada aktivitas olahraga ini semoga bermanfaat sebagai pengetahuan bagi pembaca sekalian. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan dari para pembaca agar penulisan makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi.






















DAFTAR PUSTAKA


Ali Satia Graha .2005. Kegunaan Rehabilitasi dan Terapi dalam Cedera                                                     Olahraga. MEDIKORA vol. 1 No. 1, April 2005 : 67-76
Drs. Andun Sudijandoko,M.Kes. 1999/2000.Pencegahan dan Perawatan Cedera.                         Direktorat Jendral Pendidikan Nasional.
Armis . 1981. Trauma pada Olahraga dan Penanggulangannya. Kumpulan                                               Makalah danSimposium Forum dan Panel Forum Kesehatan                           Olahraga Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada                                     Yogyakarta.
Dr. C K Giam dan Dr. K C Teh. 1993. Ilmu Kedokteran Olahraga. Binarupa Aksara.                                Jakarta.
Dorland, W.A.N. 2002. Kamus Kedokteran Dorland (Setiawan, A., Banni, A.P.,                                       Widjaja, A.C., Adji, A.S., Soegiarto, B., Kurniawan, D., dkk ,                                   (penerjemah). EGC. JakartaDrs. Junusul Hairy, M.S. 1989.                               Fisiologi Olahraga jilid 1.Direktorat Jendral                                                                  Pendidikan Nasional.
E. Oerswari. 1989. Bedah dan Perawatannya.  PT. Gramedia. Jakarta
dr. Novita Intan Arovah MPH. 2010. Dasar-dasar  Fisioterapi pada Cedera                                              Olahraga. Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY.
Leeson, Leeson Paparo. 1996. Buku Ajar Histologi (dr. Yan Tambayong dkk.                                             Penerjemah) EGC. Jakarta.
Susan J. Garrison.1996. Dasar-dasar Terapi dan Rehabilitasi Fisik ( dr. Virgi                                             Saputra dan dr. Ivo Novita Salim, Alih bahasa ). Hipokrates.                         Jakarta
Paul M. Taylor dkk. 2002. Pencegahan dan Mengatasi Cedera Olahraga.                                                   PT.Rajagrafindo Persada. Jakarta
Penggalih Mahardika Herlambang. 2008. Mekanisme Biomolekular Luka Memar.                                       Kepaniteraan Klinik Forensik dan Medikolegal FK UNS Dr.                                   Moerwadi. Surakarta.
dr. Wibowo, Hardianto. 1995. Pecegahan dan Penatalaksanaan Cedera Olahraga.                                   EGC. Jakarta.
Yustinus Sukarmin. 2005. Cedera Olahraga dalam Perspektif Teori Model                                                 Ekologi. MEDIKORA vol. 1 No. 1, April 2005 : 15-25



Tidak ada komentar:

Posting Komentar